BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang wali Allah yang bergelar Sulthonul Auliya (Rajanya Para Wali), dikenal luas di kalangan umat Islam.
Mengutip NU Online, kisah-kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang penuh hikmah terus diceritakan, terutama di kalangan pengamal tarekat.
Salah satu kisah yang masyhur adalah tentang seorang lelaki yang datang ke kediamannya di Baghdad dengan prasangka buruk, namun berakhir dengan pelajaran berharga tentang zuhud dan kemurahan hati.
Suatu hari, seorang lelaki datang ke Baghdad dengan tujuan menemui Syekh Abdul Qadir setelah mendengar kemasyhuran sang wali.
Namun, sesampainya di dekat kediaman Syekh, lelaki itu terkejut melihat kemegahan kandang kuda milik Syekh. Kandang tersebut terbuat dari emas dan perak, serta dihuni oleh 40 ekor kuda yang luar biasa indah.
Pemandangan itu memicu prasangka buruk dalam hati lelaki tersebut. “Katanya ini seorang wali Allah, tapi ternyata pecinta dunia! Bagaimana mungkin seorang wali begitu mencintai harta?” gumamnya.
Tanpa bertemu Syekh, lelaki itu memilih menginap di rumah penduduk setempat. Tak lama berselang, lelaki tersebut jatuh sakit parah.
Berbagai upaya pengobatan dilakukan, namun tak membuahkan hasil. Seorang ulama ahli hikmah kemudian menyarankan, “Penyakit ini hanya bisa disembuhkan dengan hati 40 ekor kuda yang memiliki sifat-sifat tertentu.”
Mendengar saran itu, orang-orang sekitar berkata, “Tidak ada yang memiliki kuda seperti itu selain Syekh Abdul Qadir. Temuilah beliau, karena ia dikenal sebagai orang yang murah hati.”
Dengan berat hati, lelaki itu pun mendatangi Syekh Abdul Qadir dan meminta kuda-kudanya untuk dijadikan obat. Tanpa ragu, Syekh merelakan semua kudanya. Satu per satu kuda tersebut disembelih, dan hatinya dijadikan obat. Ajaibnya, lelaki itu pun sembuh total.
Setelah sembuh, lelaki tersebut kembali menghadap Syekh Abdul Qadir untuk menyampaikan terima kasih. Saat itulah, Syekh menjelaskan, “Engkau mungkin tidak tahu, kuda-kuda itu sengaja aku beli untuk mengobati penyakitmu. Aku tahu engkau akan jatuh sakit, dan satu-satunya obat adalah hati 40 ekor kuda dengan sifat tertentu. Namun, engkau tidak mengetahuinya, sehingga engkau memilih menginap di rumah orang lain.”
Mendengar penjelasan itu, lelaki tersebut menyesali prasangka buruknya dan bertobat. Kisah ini tercatat dalam kitab Tafrihul Khathir fi Manaqib asy-Syaikh Abdul Qadir dan Manaqibis Syekh Abdul-Qadir (halaman 27).
BACA JUGA
Ketika Seorang Pemabuk Membuat Syekh Abdul Qodir Jaelani Menangis
Kisah Imam al-Ghazali dan Seekor Lalat yang Menjadi Penghantarnya ke Surga
Pelajaran dari Kisah Sang Wali
Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang zuhud dan karamah para wali. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan derajat kewalian yang tinggi, menunjukkan bahwa zuhud bukan berarti menolak dunia, melainkan tidak bergantung pada dunia.
Harta dan kemewahan yang dimilikinya justru digunakan sebagai sarana untuk membantu sesama dan meraih rida Allah.
Selain itu, kisah ini mengingatkan kita untuk tidak mudah berprasangka buruk terhadap orang lain, terlebih terhadap para kekasih Allah. Sebab, bisa saja mereka memiliki karamah yang tidak terjangkau oleh akal manusia.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan kemurahan hatinya, telah membuktikan bahwa cinta kepada Allah dan sesama adalah inti dari zuhud. Wallahu ‘alam.
*Penulis: Ustadz Tatam Wijaya*