BOGOR, TEROPONGMEDIA.ID — Tim peneliti desain mode Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyimpulkan bahwa batik Sunda, termasuk motif buah kemang dan monyet surili asli Kabupaten Bogor, memiliki karakteristik warna yang dinamis dan khas.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Listiani, Vera Utami Gede Putri, dan Ernita Maulida mengungkap bahwa batik Sunda tidak hanya kaya akan motif, tetapi juga identik dengan kombinasi warna cerah dan gelap yang mencolok.
Batik Sunda memiliki motif yang dinamis dengan ciri khas warna intensitas tinggi, seperti koneng umyang (kuning terang), beureum euceuy (merah menyala), kayas (pink), dan bulao caang (biru terang).
Selain itu, batik ini juga kerap menggunakan warna gelap pekat seperti hideung camani (hitam legam) dan lestreng, yang mencerminkan karakteristik budaya Sunda yang dinamis dan ekspresif.
Menurut para peneliti, warna-warna tersebut merepresentasikan keceriaan dan keanggunan masyarakat Sunda, termasuk dalam tradisi Mojang Jajaka Kabupaten Bogor.
Motif buah kemang dan monyet surili dipilih karena keduanya merupakan ikon lokal Kabupaten Bogor.
Buah kemang, yang langka dan khas daerah tersebut, serta monyet surili yang dilindungi, menjadi simbol kearifan ekologis dan budaya setempat.
Temuan ini diharapkan dapat memperkaya khazanah batik Nusantara sekaligus mendorong pelestarian motif-motif lokal yang sarat makna.
Penelitian ini menjadi bagian dari upaya akademisi untuk mendokumentasikan dan mempromosikan kekayaan batik Indonesia, khususnya yang berasal dari daerah dengan nilai historis dan ekologis tinggi.
BACA JUGA
Mahasiswa Ciputra Angkat Batik Difabel Lewat Desain Miniatur yang Kreatif
Sertifikat KIK Patenkan 3 Motif Batik Cirebon di Level Nasional
Ekspose Batik Kemang di Kabogorfest 2025
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggelar peragaan busana Batik Kemang dalam rangkaian Kabogorfest 2025 di Stadion Pakansari, Cibinong.
Kegiatan ini mengusung tema “Kemang dalam Warna dan Warisan, Menuju Green Economy dan Smart Village” sebagai upaya memperkuat identitas batik lokal sekaligus mendorong ekonomi hijau.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor, Iman Wahyu Budiana, mengatakan peragaan busana ini merupakan langkah strategis untuk mempromosikan Batik Kemang sebagai ikon ekonomi kreatif daerah.
“Ini bagian dari pemberdayaan pelaku UMKM batik sekaligus mendukung implementasi ekonomi hijau dan desa cerdas,” ujarnya di Cibinong, mengutip Antara, Selasa (23/6).
Selain promosi, pemerintah memberikan dukungan melalui bantuan alat produksi, pelatihan membatik, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Iman juga mengapresiasi peran Universitas Pakuan dalam mengatasi limbah produksi batik dengan teknologi ramah lingkungan.
“Kolaborasi dengan akademisi kunci pengembangan industri batik berkelanjutan,” katanya.
Salah satu program unggulan adalah integrasi Batik Kemang dengan Koperasi Desa Merah Putih yang tersebar di 435 desa se-Kabupaten Bogor.
Melalui program ini, setiap desa didorong memiliki desain batik khas sendiri. “Dengan lebih dari 4.000 pelaku aktif, inisiatif ini diharapkan berdampak luas bagi ekonomi desa,” tambah Iman.
Ketua Panitia Hari Jadi Bogor ke-543, Yudi Santosa, turut mengapresiasi kontribusi Forum UMKM, Manajemen Atiro, dan komunitas kreatif Pakuan dalam pengembangan Batik Kemang.
“Dari Batik Kemang, kami harap tumbuh kampung batik di 40 kecamatan Kabupaten Bogor,” ujarnya.
Rektor Universitas Pakuan, Didik Notosudjono, menekankan bahwa Batik Kemang kini tidak hanya bernilai budaya dan ekonomi, tetapi juga menjadi pelopor penerapan teknologi ramah lingkungan di industri tekstil.
“Dengan kolaborasi pentahelix, kami siap mendukung produk lokal yang berdaya saing,” kata Didik.
Kabogorfest 2025 merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi Bogor ke-543 yang fokus pada promosi UMKM dan produk ekonomi kreatif lokal.
Kegiatan ini diharapkan memperkuat posisi Batik Kemang sebagai warisan budaya sekaligus penggerak ekonomi berkelanjutan di Kabupaten Bogor.
(Aak)