BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Menjelang penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada 1-3 September 2024, pemerintah menyiapkan skrining cacar monyet atau monkeypox (mpox) di bandara kedatangan internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Skrining ini dinilai sangat penting untuk memastikan semua kegiatan di Bali bisa berjalan dengan baik tanpa tersebar wabah cacar monyet.
Cacar monyet dan cacar air seringkali dianggap sama karena keduanya menyebabkan ruam pada kulit.
Namun, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda dan memiliki karakteristik yang unik.
Monkey pox disebabkan oleh virus monkeypox dari keluarga Orthopoxvirus sedangkan cacar air disebabkan virus varicella-zoster.
Biasanya diawali dengan demam tinggi, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan. Ruam muncul beberapa hari kemudian.
Sedangkan cacar air berawal dari demam ringan, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, dan rasa tidak enak badan. Ruam muncul setelah beberapa hari.
Ruam akibat monkey pox cenderung lebih dalam, berisi cairan yang lebih keruh, dan sering muncul di wajah, telapak tangan, dan kaki.
Selain itu, ruam juga dapat muncul di area genital. Muncul secara bertahap, mulai dari bintik merah, kemudian menjadi lepuh, lalu mengering dan membentuk keropeng.
Sedangkan, ruam akibat cacar air lebih dangkal, berisi cairan bening, dan dapat muncul di seluruh tubuh, termasuk kulit kepala, mulut, dan alat kelamin.
Selain itu, ruam ini muncul dalam berbagai tahap sekaligus pada satu waktu.
BACA JUGA: Kemenhub Terapkan Penggunaan Aplikasi Satu Sehat untuk Cegah Mpox
Keluhan akibat Monkey Pox biasanya berlangsung lebih lama, sekitar 2-4 minggu. Sedangkan cacar air biasanya berlangsung lebih singkat, sekitar 5-10 hari.
Untuk pencegahan Monkey pox perlu Vaksin cacar (yang digunakan untuk memberantas cacar) memberikan perlindungan parsial terhadap monkeypox.
Saat ini, vaksin spesifik untuk monkeypox masih dalam tahap pengembangan.
(Kaje/Budis)