BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di era digital yang serba visual dan cepat ini, banyak remaja sebenarnya punya isi tapi tidak tahu cara menyampaikan. Akibatnya? Mereka tenggelam dalam arus algoritma. Padahal yang paling sering terlihat, didengar, dan diingat adalah mereka yang tahu cara bicara secara strategis. Inilah urgensi mengapa keterampilan public speaking kini lebih dari sekadar keahlian presentasi. Ia adalah jantung dari personal branding.
Lewat seminar bertema “Speak Up and Stand Out: Your Voice is Your Brand”, kami membuka wawasan siswa SMA dan SMK bahwa suara mereka bukan hanya alat komunikasi, tapi juga kendaraan untuk membangun identitas di dunia digital. Bicara adalah branding. Dan di Di era digital ini, keberadaan kita bukan lagi ditentukan oleh siapa kita di dunia nyata, tapi oleh siapa kita terlihat di dunia maya. Lewat lima detik pertama orang melihat profil media sosial kita, persepsi sudah terbentuk. Pertanyaannya, persepsi seperti apa yang ingin kamu ciptakan?
Banyak remaja punya ide, punya pesan, bahkan punya potensi, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menyampaikannya dengan kuat dan meyakinkan. Mereka bisa saja cerdas dan kreatif, namun tanpa keberanian bicara, mereka luput dari perhatian.
Hal ini bukan soal suka tampil atau tidak. Tapi tentang bagaimana seseorang mengambil ruang untuk menunjukkan siapa dirinya dan apa yang ia perjuangkan. Karena di tengah banyaknya informasi dan wajah baru yang bermunculan setiap hari, yang paling diingat adalah yang tahu caranya menyampaikan pesan dengan percaya diri dan konsisten. Inilah yang menjadi dasar dari keterampilan public speaking dan lebih jauh lagi, menjadi bagian dari proses membangun personal branding.
Melalui seminar bertajuk “Speak Up and Stand Out: Your Voice is Your Brand”, kami memberikan ruang bagi siswa SMA dan SMK untuk mengenal potensi ini. Kami ingin menunjukkan bahwa berbicara bukan hanya kemampuan teknis, tapi juga proses membangun citra diri. Cara seseorang berbicara intonasinya, pemilihan diksinya, bahkan gesturnya, semua itu membentuk kesan yang melekat pada dirinya.
Personal branding bukan hanya “gaya” atau “pencitraan”. Ini adalah cara seseorang menyampaikan nilai, menunjukkan keunikan, dan mengambil posisi di tengah banyaknya pilihan. Dalam media sosial misalnya, seseorang yang konsisten dengan pesan, konten, dan cara bicara tertentu akan lebih mudah dikenali dan dipercaya.
Namun, untuk sampai pada titik tersebut, ada proses yang perlu dilalui. Semuanya dimulai dari mengenali nilai diri dengan memahami apa yang ingin disampaikan, serta kekuatan dan prinsip apa yang ingin dibawa dalam setiap interaksi. Setelah itu, penting untuk berbicara dengan gaya yang berkarakter, bukan sekadar mengikuti tren atau meniru orang lain. Gunakan cara bicara yang mencerminkan kepribadianmu sendiri. Langkah selanjutnya adalah menjaga konsistensi dalam penampilan, baik secara online maupun offline. Karena keselarasan antara dunia nyata dan dunia digital menjadi kunci dalam membangun citra yang kredibel dan dapat dipercaya. Kabar baiknya, semua hal ini dapat dilatih. Public speaking bukan bakat bawaan semata. Public speaking adalah keterampilan yang bisa dikembangkan, terutama sejak usia sekolah. Bahkan, semakin awal dilatih, semakin kuat pula kepercayaan diri yang dibangun.
Kita hidup dalam masa di mana semua orang bisa bersuara. Tapi hanya mereka yang tahu cara bicara yang akan benar-benar didengar. Maka penting bagi remaja untuk tidak hanya menjadi penonton tren, tetapi menjadi bagian dari mereka yang bisa memberi arah dan makna pada tren itu. Karena membangun personal branding bukan tentang menjadi populer semata. Ini tentang bagaimana seseorang dikenal karena nilai yang ia bawa. Semuanya dimulai dari satu hal: berani bicara. Maka jangan tunggu sempurna. Mulai bicara. Mulai dikenal. Mulailah berdampak.
Penulis:
Dosen Ilmu Komunikasi UNIBI, Zulfanida Nurul Sadiyyah, M.I.Kom