BANDUNG, TM.ID: Harga beras di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tak kunjung turun. Bahkan sekarang, pedagang di pasar tradisional sudah jarang yang menjual beras di bawah Rp 16.000 per kilogram.
Masih tingginya harga dan hilangnya beras murah di pasaran berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat. Dengan kondisi sulit seperti ini sudah jarang yang membeli karungan.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Budidaya Sorgum Buat Jadi Alternatif Beras
“Sekarang banyak yang membeli beras setengah kilogram. Pembeli banyak yang malu-malu, mungkin karena tidak biasa membeli beras sebanyak itu. Kami juga memahi, uangnya mungkin tidak cukup jadi beli hanya setengah kilogram,” kata Suhandi (40) salah seorang pedagang beras di Pasar Batujajar, Sabtu (17/2/2024).
Ia mengaku sedih dengan banyaknya warga yang hanya sanggup membeli beras setengah kilogram. Dalam keadaan normal tak pernah ada yang membeli di bawah 1 kilogram.
“Yang biasanya beli 5 kilogram, sekarang paling 2-3 kilogram. Begitupun pedagang nasi goreng maupun warung nasi, yang biasa beli 10 kilogram kini hanya 7-8 kilogram.
Turunnya daya beli masyarakat seiring dengan melambungnya harga beras di pasaran. Kini di kiosnya, Suhandi hanya menjual beras dengan dua harga, paling murah Rp 16.000 per kilogram dan tertinggi Rp 17.000 per kilogram.
“Banyak juga calon pembeli yang nanya-nanya dulu harga, kemudian pergi tapi balik lagi. Mungkin cari perbandingan ke kios lain, tapi harganya sama jadi balik lagi ke sini,” ujarnya.
Menurunnya daya beli masyarakat berpengaruh besar kepada penjualan. Ketika harga masih normal dalam sehari bisa menjual sampai 5 kuintal, tapi sekarang maksimal 3 kuintal
Ia mengungkapkan, beras yang kini dijual Rp 16.000 per kilogram biasanya dijual Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram.
“Sekarang mah hanya menjual beras lokal KBB, enggak ada beras dari luar. Beras yang dijual Rp 16.000 itu juga dari Gununghalu bukan dari luar daerah,” kata Suhendi.
Stok beras yang kini dimilikinya dibeli langsung dari petani Gununghalu masih berupa gabah. Beberapa waktu lalu di daerah tersebut ada yang sudah panen.
“Sekarang, para bandar berburu langsung ke petani yang sawahnya akan panen. Karena memang di grosir beras yang ada di kota, informasinya, stoknya juga menipis. Tadinya kaya beras Gununghalu jarang ada bandar dari luar KBB yang sampai nyari ke sana. Tapi sekarang pada berdatangan ke Gununghalu,” tuturnya.
Penyebab tingginya harga beras diduga sebagai dampak dari El Nino yang terjadi tahun 2023. Mengakibatkan banyak lahan pertanian yang kekeringan sehingga tidak bisa ditanami padi.
BACA JUGA: Bulog Jabar Pastikan Bantuan Pangan Beras Dilanjutkan Usai Pencoblosan
Pada akhir 2023 dan awal 2024 sudah ada beberapa lahan pertanian yang panen, seperti di Ngamprah, KBB. Karena panennya tidak merata di semua daerah sehingga tak bisa menurunkan harga.
“Perkiraan panen raya akan terjadi pada bulan puasa atau lebaran. Mudah-mudahan saja hasil panennya melimpah dan bisa menekan harga,” harapnya.
(Tri/Masnur)