JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan dukungannya terhadap prosesi Ruwatan Gedung Sasana Adirasa dan Malam Anggoro Kasih di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari kekayaan tradisi bangsa dan upaya pemajuan kebudayaan.
“Malam Anggoro Kasih dan upacara ruwatan seperti ini sangat kita dukung sebagai bagian dari kekayaan tradisi bangsa. Budaya spiritual adalah kekayaan budaya nasional yang harus dijaga keberlangsungannya,” kata Fadli Zon di Jakarta, mengutip Antara, Selasa (23/7/2025).
Ia menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk terus mendukung dan memfasilitasi kegiatan para penghayat kepercayaan.
Hal senada disampaikan Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama TMII, Ratri Paramitha, yang berharap Gedung Sasana Adirasa dapat menjadi rumah kebudayaan yang inklusif.
“Nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang dirawat penghayat kepercayaan adalah bagian dari identitas bangsa. Kami berkomitmen menjadikan gedung ini ruang yang hidup dan terbuka bagi seluruh ekspresi kebudayaan,” ujar Ratri.
Prosesi ruwatan ini menandai pemanfaatan kembali Gedung Sasana Adirasa sebagai ruang ekspresi spiritual setelah sempat terbengkalai selama lima tahun pascapandemi COVID-19.
Ruwatan bertujuan membersihkan dan menyucikan ruang sakral bagi penghayat kepercayaan.
Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai simbol syukur dan niat membersihkan diri dari energi negatif. Ritual ini juga menjadi lambang kebersamaan dan pelestarian nilai luhur budaya.
Selain ruwatan, digelar pula Malam Anggoro Kasih, perenungan spiritual yang dilakukan setiap Selasa Kliwon menurut penanggalan Jawa.
Momen ini diyakini sebagai waktu istimewa untuk membersihkan batin dan mempererat hubungan spiritual.
Ruwatan Gedung Sasana Adirasa ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kebudayaan, Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), dan TMII.
Fadli Zon berharap Gedung Sasana Adirasa dapat menjadi pusat kebudayaan dan spiritual yang berkelanjutan, sekaligus wujud nyata pelestarian warisan budaya bangsa.
BACA JUGA
Menjaga Kesakralan Ruwatan Bumi di Tanah Subang
Cianjur Genjot Potensi Wisata Bahari dan Budaya di Pesisir Selatan
Apa itu Ruwatan?
Mengutip Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro (Undip), karya Rukiyah, ruwatan merupakan upacara religius dalam kepercayaan Jawa yang berfungsi sebagai sarana pembebasan dari malapetaka.
Ritual ini didasarkan pada keyakinan bahwa seseorang dapat terlepas dari ancaman bahaya yang tersimbolisasi melalui perlambang tertentu.
Inti dari tradisi ruwatan berakar pada mitos “Kama Salah” yang melahirkan Batara Kala – sosok gaib yang konon mengincar anak-anak atau orang “sukerta” sebagai mangsanya.
Mereka yang termasuk kategori sukerta inilah yang perlu menjalani prosesi ruwatan untuk menyelamatkan diri dari nasib buruk.
Proses ritual ini melibatkan beberapa unsur penting:
- Anak/orang sukerta sebagai subjek upacara
- Dalang yang berperan sebagai mediator antara dunia nyata dan alam gaib
- Pertunjukan wayang kulit dengan lakon Murwakala
- Sesaji dan mantra yang mengandung kekuatan spiritual
Tahapan ruwatan mencakup:
- Siraman (ritual pembersihan)
- Pemotongan rambut
- Pelarungan atau penguburan rambut beserta sesaji
- Tirakatan semalam suntuk
Melalui rangkaian ritual ini, masyarakat Jawa percaya seseorang dapat terbebas dari kutukan dan memperoleh perlindungan spiritual.
Tradisi yang kaya akan simbolisme ini tetap bertahan sebagai warisan budaya yang memperkaya khazanah spiritual Nusantara.
(Aak)