BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Sekelompok mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) berhasil menciptakan inovasi terapi fobia yang unik dengan menggabungkan teknologi Virtual Reality (VR) dan aroma kemenyan. Produk bernama Incensory ini menawarkan pengalaman terapi multisensori yang imersif dan adaptif untuk membantu penderita fobia menghadapi ketakutannya dalam lingkungan yang aman, terkendali, sekaligus menenangkan.
Tim kreatif multidisiplin ini terdiri dari Jeremia Luis Fernando Silitonga (Bisnis Internasional), Farhan Ardia Nashwan (Kedokteran), Salma Salamah (Ilmu Peternakan), Nadia Ratu Aini Alamsyah (Akuntansi), dan Haris Herdiansyah (Teknik Informatika), dengan bimbingan Vira Kusuma Dewi, M.Sc., Ph.D. Inovasi tersebut lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dan sukses mendapatkan pendanaan dari Kemendikti Saintek RI.
Terapi Fobia Ramah, Aman, dan Inovatif
Fobia bukan sekadar rasa takut biasa. Menurut American Psychiatric Association (2013), fobia spesifik dapat meningkatkan risiko gangguan serius, bahkan hingga memicu kecenderungan bunuh diri sebesar 60%. Dari survei yang dilakukan tim Unpad, sebanyak 81,1% responden mengaku fobia mereka mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menjawab kebutuhan itu, Incensory hadir dengan Visual Immersive VR Phone yang mampu menampilkan simulasi realistis sesuai pemicu fobia, seperti ketinggian, ruang sempit, atau kegelapan. Inovasi ini dipadukan dengan aroma therapeutic berbahan parfum kemenyan, yang dikenal memiliki efek relaksasi alami, serta fitur kontrol adaptif untuk menyesuaikan intensitas terapi sesuai kenyamanan pengguna.
Kearifan Lokal Bertemu Teknologi Modern
Kemenyan, yang sejak lama digunakan dalam ritual budaya Nusantara, kini dibuktikan melalui penelitian modern memiliki senyawa alami untuk mengurangi stres dan menenangkan pikiran. Perpaduan ini menjadikan Incensory tidak hanya sebagai solusi kesehatan mental, tetapi juga produk dengan nilai budaya yang kuat.
Setiap varian Incensory diberi nama dari bahasa daerah: Timbo (Batak: tinggi), Jero (Sunda: menjorok), dan Peteng (Jawa: gelap). Identitas lokal ini diperkuat dengan kemasan bermotif batik, menghadirkan sentuhan tradisi sekaligus diferensiasi produk.
Tak berhenti pada produk fisik, Incensory juga menghadirkan platform digital yang bisa diakses melalui QR code di kemasan. Platform ini menyediakan panduan pemakaian, tips menghadapi fobia, artikel kesehatan mental, hingga voucher layanan tambahan.
Baca Juga:
Inovasi Hijau ITB: Ubah Limbah Jeruk dan Cengkeh Jadi Bioinsektisida, Sabet Juara Dunia
“Bawal Cipanjalu”: Inovasi Mahasiswa UHS Ubah Waluh Siam Jadi Cemilan Balado Bernilai Tinggi
Informasi lebih lanjut mengenai Incensory dapat ditemukan di incensory.id dan akun resmi media sosial @incensory.official di Instagram, TikTok, dan Shopee.
Dengan mengangkat potensi kemenyan sebagai komoditas lokal, Incensory bukan hanya mendukung kesehatan mental masyarakat, tetapi juga membuka peluang ekonomi berbasis kearifan lokal. Inovasi ini sekaligus mendukung SDGs poin 3 (Good Health and Well-being) serta membuktikan bahwa gagasan kreatif mahasiswa Unpad mampu memberikan solusi nyata yang berdampak luas.
(Virdiya/Budis)