BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Fetty Anggraenidini, menyoroti persoalan serius yang masih membayangi Kota Bogor, yakni tingginya angka putus sekolah yang sebagian besar disebabkan oleh praktik eksploitasi anak oleh orang tua mereka sendiri.
Fetty mengungkapkan, sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 599 siswa mengalami putus sekolah. Menurutnya, penyebab utama bukan lagi soal biaya pendidikan, mengingat sekolah negeri kini sudah digratiskan oleh pemerintah. Namun, tantangan justru datang dari lingkungan keluarga sendiri yang kerap memaksa anak-anak untuk mencari nafkah.
“Bukan karena tidak mampu bayar sekolah. Tapi karena anak-anak ini terbiasa tidak sekolah, atau bahkan dipaksa untuk mengemis. Ada yang setiap hari dicat silver, disuruh ngamen atau ngemis, bahkan diantar sendiri oleh orang tuanya naik motor,” ujarnya prihatin, dikutip Kamis (10/7/2025).
Fenomena ini, lanjutnya, tidak hanya menyedihkan tetapi juga mengancam masa depan generasi muda di Kota Bogor. Pendidikan, katanya, seharusnya menjadi hak yang dijaga dan diperjuangkan bersama, bukan dikorbankan demi kebutuhan ekonomi jangka pendek.
Fetty mendorong agar pemerintah daerah memperkuat program pencegahan putus sekolah melalui perluasan jaringan aplikasi anti putus sekolah. Program ini dinilai penting untuk mengidentifikasi anak-anak usia sekolah yang rentan putus sekolah, dengan melibatkan peran aktif kader masyarakat serta pengurus RT dan RW.
Baca Juga:
Sosialisasi Revisi Perda Pendidikan, Fetty Anggraenidini: Regulasi Harus Ikuti Perkembangan Zaman
Resep Semangat ala Fetty Anggrainidini: Senyum dan Sapaan Warga
“Kita harus menjadikan Kota Bogor sebagai tempat yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi. Masa depan Bogor ada di tangan mereka yang hari ini harus kita lindungi dan perjuangkan bersama,” pungkasnya.
(Virdiya/_Usk)