BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Fasilitas pengolahan sampah organik di Pasar Gedebage Kota Bandung justru mengalami kekurangan bahan baku. Meskipun teknologi biodigester di sana mampu mengolah hingga 20 ton sampah per hari, rata-rata pasokan harian hanya mencapai 4,6 ton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Darto, mengatakan situasi ini menjadi ironi sekaligus peluang.
“Setelah pembersihan besar-besaran pada 4 Juli lalu, volume sampah di Pasar Gedebage anjlok. Hari ini hanya sekitar 4,6 ton per hari yang masuk ke fasilitas kami, padahal kapasitasnya bisa empat kali lipat lebih besar,” kata Darto, Rabu (16/7/2025).
Baca Juga:
Pasca Lebaran, Produksi Sampah Bandung Naik 20 Persen, Farhan: Kami Lakukan Pendataan Ulang
Pemkot Bandung Ambil Alih Pengelolaan Sampah Pasar: Lawan Ketimpangan, Lindungi Pedagang Tradisional
DLH kini tengah menyiapkan skema pengalihan sampah organik dari pasar dan wilayah lain di Kota Bandung, termasuk dari Panyileukan dan Cibiru.
“Kami sedang menyusun teknis penjemputan sampah dari lokasi-lokasi yang memilah limbah organiknya dengan benar. Karena biodigester ini tidak bisa menerima sampah non-organik seperti plastik,” ucapnya.
Fasilitas di Gedebage mengandalkan teknologi biodigester modern untuk menguraikan limbah organik seperti sisa makanan, sayuran, bonggol pisang, dan serabut kelapa.
Sistem ini juga dilengkapi sensor dan CCTV, yang memungkinkan pemantauan operasional secara real-time dari kantor DLH maupun Balai Kota.
Darto menyebut Gedebage kini mulai dilirik sebagai model percontohan nasional untuk pengelolaan sampah berbasis pasar. Beberapa pihak, termasuk dari Badan Perencanaan Nasional (BPNAS), telah meninjau lokasi.
“Kalau pun nanti ditetapkan jadi proyek percontohan, itu bonus. Yang utama adalah sistem pengolahan kita berjalan maksimal,” ujarnya.
Hingga kini, kapasitas pengolahan sampah di Kota Bandung masih di bawah 25 persen dari total sampah yang dihasilkan setiap hari. Karena itu, keberhasilan di Gedebage menjadi penting untuk direplikasi.
“Kalau ada pasar lain yang belum bisa kelola sampah organiknya, Gedebage siap menampung. Tinggal atur teknis pengangkutannya,” katanya.
DLH mencatat bahwa jenis limbah yang paling banyak diolah saat ini adalah bonggol pisang dan serabut kelapa. Namun, dengan kapasitas maksimal 20 ton per hari, fasilitas ini masih jauh dari optimal.
“Ini fasilitas mahal, jangan sampai menganggur. Kami undang pasar lain untuk manfaatkan bersama. Ini solusi konkret untuk masalah sampah di kota,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)