BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Epilepsi, atau banyak yang mengenalnya sebagai penyakit ayan, merupakan kondisi neurologis dengan gejala utama berupa kejang.
Namun, tidak semua kejang terjadi akibat penyakit ayan.
Banyak yang masih salah paham terkait penyakit istilah penyakit ini, epilepsi merujuk pada kondisi kronis, sedangkan kejang adalah gejalanya.
Stigma dan Realitas Epilepsi
Penderita epilepsi seringkali mendapat stigma negatif dari masyarakat. Banyak orang tidak memahami apa itu epilepsi, apa penyebabnya, dan bagaimana penularannya.
Menurut data WHO, ada sekitar 50 juta penderita epilepsi di seluruh dunia, menjadikannya salah satu penyakit neurologis paling umum.
Sebanyak 80 persen dari penderita ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan tiga perempat dari mereka tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan.
Epilepsi adalah kelainan kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa penyebab jelas. Seseorang dinyatakan menderita epilepsi jika mengalami dua kali kejang tanpa alasan yang diketahui atau tanpa kondisi medis yang mendasari.
Persepsi Epilepsi dalam Islam
Menurut sebuah jurnal neurologi yang terbit pada tahun 2004, persepsi tentang epilepsi di dunia Islam dapat terlihat melalui tiga dimensi:
1. Agama Islam dan Referensi tentang Epilepsi
Dalam Al-Quran, tidak ditemukan kata yang serupa dengan epilepsi. Namun, epilepsi disebutkan dalam sebuah hadis yang menceritakan tentang seorang perempuan yang menderita epilepsi.
2. Epilepsi dalam Literatur Kedokteran Islam
Selama hampir seribu tahun sejarah Islam, banyak literatur medis yang membahas epilepsi, salah satu kontribusi signifikan datang dari Ibnu Sina.
Ia adalah yang pertama menggunakan istilah ‘ayan’ dalam literatur medis, yang diambil dari kata kerja Latin yang berarti ‘dirasuki dari luar’.
Sistem kedokteran Yunani yang dibawa ke India selama 1000 tahun pemerintahan Islam menyebutkan bahwa epilepsi dianggap sebagai hasil dari blok di akar saraf di otak.
3. Persepsi Epilepsi dalam Komunitas Muslim
Persepsi tentang epilepsi bervariasi di antara komunitas Muslim, sesuai dengan kepercayaan budaya setempat. Di Nigeria, epilepsi sering dianggap menular, bahkan di kalangan mahasiswa kedokteran, sehingga penderita sering dijauhi.
Di Burkina Faso, 44 persen orang menganggap epilepsi menular, 40 persen menganggapnya turun-temurun, dan hanya 15 persen menghubungkannya dengan masalah di kepala. Sebanyak 7,8 persen percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh keberadaan cacing di kepala.
Di Afrika, banyak yang menganggap epilepsi sebagai hasil dari kepercayaan atau sihir. Sedangkan di Afghanistan, sebagian besar orang di pedesaan berpikir penyebab epilepsi yaitu dari jin. Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya Muslim, 57 persen berpikir epilepsi adalah penyakit mental, dan 20 persen mengira penyakit ini menular.
Epilepsi dalam Hadis
Epilepsi disebut dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, di mana terdapat sebuah kisah seorang wanita yang menderita epilepsi dan auratnya tersingkap saat kambuh. Ia meminta Rasulullah untuk mendoakannya.
Rasulullah memberikan pilihan untuk bersabar yang berbuah surga atau disembuhkan. Wanita tersebut memilih bersabar, namun meminta agar auratnya tidak terbuka saat kejang.
BACA JUGA: Gejala dan Penyebab Kejang Carpopedal yang Menyakitkan
Perlu Anda ketahui penyakit ayan terjadi karena aktivitas abnormal di dalam otak, bukan karena virus atau bakteri, sehingga penyakit ini belum dapat dikatakan penyakit menular.
(Virdiya/Budis)