BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dr Muhammad Baihaqi, Dosen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (TPT) IPB University, memberikan keterangan fakta unik mengenai hewan domba yang mudah ditipu.
Menurutnya, anggapan domba itu tidak cerdas dan mudah ditipu tidak sepenuhnya benar.
“Anggapan itu tidak sepenuhnya benar atau mitos, padahal domba terlihat lemah, memiliki sifat berkelompok yang tinggi, dan hanya mengikuti kelompoknya tanpa berpikir,” ungkapnya.
Padahal, jika dibandingkan dengan hewan ternak lainnya, domba tergolong hewan yang cerdas dan memiliki kemampuan kognitif yang baik.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba dapat mengenali teman-temannya (domba lain) hingga 50 ekor dan dapat mengingatnya hingga lebih dari setahun,” jelas Dr. Baihaqi.
Ia melanjutkan, domba juga memiliki kemampuan untuk mengingat lokasi sumber pakan atau air yang biasa diaksesnya di padang rumput. Di peternakan domestik, domba umumnya dapat mengenali peternak yang merawatnya, sehingga mereka cenderung menghindar saat ada orang asing yang datang.
Asal Muasal Mitos Domba
Dosen Fakultas Peternakan IPB University itu menjelaskan, asal muasal mitos domba itu tidak cerdas atau mudah ditipu karena domba terlihat seperti hewan yang mudah mengikuti kelompoknya.
“Secara ilmiah, domba memang memiliki perilaku berkelompok yang lebih tinggi daripada kambing atau hewan ternak lainnya. Mereka akan merasa takut dan panik saat dipisahkan dari kelompoknya,” jelasnya.
“Ada kemungkinan mitos tersebut muncul karena beberapa cerita atau budaya, misalnya tentang domba yang mudah ditipu oleh serigala sehingga muncul istilah serigala berbulu domba,” terangnya lagi.
Dr. Baihaqi juga memaparkan beberapa fakta unik tentang domba. Pertama, meski tidak secerdas anjing yang bisa menjadi penggembala, domba dapat dilatih untuk hal-hal yang lebih sederhana. Misalnya, domba dapat dilatih untuk keluar masuk kandang pada waktu-waktu tertentu dan mencari makan di tempat yang telah ditentukan oleh peternak.
“Fakta unik kedua, di daerah Jawa Barat ada kesenian yang dikenal dengan nama Seni Ketrampilan Domba Garut (SKDG), yang menurut persepsi masyarakat umum merupakan ajang ‘adu domba’, padahal lebih banyak mengandung unsur seni dan budaya. Hal ini karena domba jantan memiliki perilaku agonistik (adu) yang lebih agresif,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Fakta ketiga, lanjut Dr. Baihaqi, masyarakat kerap kali keliru menyebut domba dengan sebutan kambing. Padahal, keduanya merupakan spesies yang berbeda, sehingga ciri dan karakteristiknya pun berbeda.
Fakta keempat, masyarakat kerap memiliki persepsi yang keliru bahwa daging domba merupakan sumber kolesterol. Padahal, ia menjelaskan bahwa kadar kolesterol dalam daging domba tidak jauh berbeda dengan jenis daging lainnya.
Selanjutnya, pada fakta kelima, ia mengungkapkan di negara-negara maju, wol dari bulu domba telah dimanfaatkan sebagai bahan kain dengan ciri khas tersendiri serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
(Virdiya/Aak)