BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Pemecatan mendadak Christian Horner dari kursi kepala tim Red Bull Racing bukan sekadar perubahan manajemen. Bagi banyak pengamat Formula 1, ini menjadi cermin dari betapa besarnya pengaruh Max Verstappen di dalam tim hingga mampu mengubah arah politik internal tim juara dunia itu.
Horner, arsitek kesuksesan Red Bull selama dua dekade dengan 6 gelar konstruktor dan 8 gelar pebalap, kini digantikan oleh Laurent Mekies, pria yang sebelumnya memimpin Racing Bulls.
Kepergian Horner terjadi di tengah performa tim yang mulai menurun dan isu ketegangan yang telah lama membayangi hubungannya dengan keluarga Verstappen.
Meski Red Bull tidak memberikan alasan resmi yang rinci soal pemecatan Horner, desas-desus soal tekanan dari kubu Verstappen kian menguat.
Sejak awal tahun, hubungan Horner dan Verstappen (terutama dengan ayahnya, Jos Verstappen) memburuk, menyusul kasus dugaan perilaku tak pantas yang menyeret Horner — meski akhirnya dinyatakan bebas.
Beberapa sumber di paddock menyebutkan bahwa keluarga Verstappen melayangkan ultimatum internal, yang pada akhirnya berujung pada keputusan ini.
Bagi sebagian orang, ini menandakan siapa sebenarnya pemilik kekuatan di dalam Red Bull saat ini, bukan lagi manajerial, tapi sang pembalap utama.
“Tanpa Max, Red Bull bisa saja berada di posisi keempat atau kelima. Dia adalah pusat gravitasi tim sekarang,” ,” ujar analis F1, Karun Chandhok.
Ironisnya, meski rumor kepergian Verstappen ke Mercedes sempat menguat akibat konflik internal dan performa Red Bull yang menurun, pemecatan Horner justru membuka celah baru.
Martin Brundle dari Sky Sports bahkan menyebut kepergian Horner bisa menjadi alasan Verstappen untuk bertahan lebih lama.
“Max sering bilang ia ingin pensiun di Red Bull. Sekarang mungkin tim sudah lebih sesuai dengan visinya,” katanya.
Apalagi Red Bull tengah bersiap memperkenalkan power unit buatan sendiri pada 2026, menjadikan Verstappen sebagai figur sentral dalam era baru tim.
Namun tetap saja, klausul performa dalam kontraknya yang memungkinkan Verstappen hengkang jika klasemen tidak sesuai target pada akhir bulan ini masih menjadi faktor yang menahan kepastian masa depannya.
Dalam iklim F1 modern, jarang sekali ada pembalap yang mampu menggoyahkan fondasi timnya sendiri. Max Verstappen kini bukan hanya juara dunia, tapi juga kingmaker di balik layar Red Bull.
Langkah berikutnya? Semua mata tertuju pada Grand Prix berikut dan bagaimana performa Red Bull pasca-Horner. Namun satu hal tampak jelas: ini adalah era Verstappen, di lintasan maupun di ruang rapat.
(Budis)