BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Desa Panamping, yang terletak di Kecamatan Bandung, Kabupaten Serang, Banten, masih mempertahankan eksistensinya sebagai kampung pengrajin anyaman bambu.
Puluhan tahun berlalu, desa ini tetap dikenal sebagai sentra produksi perkakas rumah tangga berbahan dasar bambu, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di tengah arus modernisasi dan perubahan tren industri, Desa Panamping tetap menjaga warisan leluhurnya dalam bidang kerajinan bambu.
Hampir setiap rumah di desa ini masih aktif memproduksi berbagai jenis anyaman bambu, mulai dari tikar, keranjang, hingga peralatan dapur tradisional.
Berdasarkan survei lokal, mayoritas penduduk desa masih melanjutkan tradisi ini, meskipun ada sebagian yang beralih ke sektor industri modern.
Masyarakat Desa Panamping tidak hanya menganggap kerajinan bambu sebagai pekerjaan, tetapi juga sebagai identitas budaya yang perlu dijaga.
Teknik menganyam bambu telah diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga keterampilan ini tetap lestari dan berkembang dengan sentuhan inovasi yang menyesuaikan permintaan pasar saat ini.
Sumber Mata Pencaharian yang Menghidupi Warga
Kerajinan anyaman bambu tidak hanya menjadi bagian dari budaya. Tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga Desa Panamping.
Produk-produk hasil anyaman bambu dijual di pasar tradisional maupun dikirim ke berbagai daerah sebagai produk khas daerah.
Beberapa pengrajin bahkan telah menjangkau pasar online untuk memperluas pemasaran produk mereka.
Dengan memanfaatkan media sosial dan e-commerce, kerajinan anyaman bambu dari Desa Panamping semakin dikenal luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga berpotensi menembus pasar internasional.
BACA JUGA:
Diterjang Air Bah Jembatan Desa Tajur Bogor Ambruk, Akses Warga Terputus
Bersih Desa Ruwahan di Beji: Tradisi Syukur dan Kebersamaan yang Terus Dilestarikan
Tantangan di Era Modernisasi
Meskipun masih bertahan, industri anyaman bambu di Desa Panamping menghadapi tantangan besar di era modern.
Perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih mengutamakan produk berbahan plastik dan logam menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan produk anyaman bambu.
Selain itu, minat generasi muda untuk meneruskan profesi sebagai pengrajin bambu juga mulai berkurang karena adanya peluang kerja lain di sektor industri manufaktur.
Namun demikian, sebagian anak muda di desa ini tetap berusaha melestarikan tradisi anyaman bambu dengan memberikan inovasi pada desain dan fungsi produk.
Dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas kreatif sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan industri kerajinan bambu agar tetap kompetitif di pasaran.
Harapan untuk Masa Depan
Masyarakat Desa Panamping berharap agar kerajinan anyaman bambu tetap eksis dan berkembang. Dengan inovasi serta pemasaran yang lebih luas, para pengrajin optimis bahwa anyaman bambu masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Edukasi kepada generasi muda mengenai nilai ekonomi dan budaya dari anyaman bambu. Hal ini juga menjadi langkah penting dalam menjaga warisan leluhur ini agar tidak punah.
Sebagai sentra kerajinan bambu yang telah bertahan puluhan tahun. Desa Panamping menjadi contoh nyata bagaimana budaya dan ekonomi lokal dapat berjalan beriringan.
Dengan upaya berkelanjutan dan dukungan dari berbagai pihak. Desa ini dapat terus berkembang dan mempertahankan eksistensinya sebagai pusat anyaman bambu yang membanggakan.
(Hafidah Rismayanti/Aak)