JAKARTA,TEROPONGMEDIA.ID – Direktur of Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari mengatakan, Prabowo menunjukkan diri sebagai patriot dan Hero.
Pidato resmi Prabowo sebagai presiden, menyalakan semangat nasionalisme yang kuat.
“Lebih dari itu, sosok patriot Prabowo juga terlacak kuat pada caranya menyusun kabinet. Nyaris semua kekuatan nasionalis, tradisionalis, modernis dan tentu saja TNI/Polri, dibingkai secara rapi dalam kabinet yang diberi nama “Merah Putih,” kata Sholeh kepada Teropongmedia.id, Selasa (22/10/2024).
Kaum nahdliyin juga mendapat porsi kementerian yang “ideal”. Kementerian portofolio kebanggaan warga nahdliyin (Kementerian Agama) diberikan kepada Nasarudin Umar, tokoh yang memimpin empat menteri dari NU sowan demi mendengar dawuh Rois Aam Kyai Miftahul Akhyar.
Selain imam besar masjid Istiqlal, Syaifullah Yusuf, Abdul Kadir Karding serta Arifah Sastro, turut pula dalam pisowanan kecil itu.
Meski begitu, sejumlah menteri dan wakil menteri ber-background NU, tidak turut dalam pertemuan itu.
BACA JUGA: Pengamat: PKB Sibuk Urus Posisi Menteri, Nasdem Lebih Pilih Amankan Bisnisnya di Program Prabowo
Mereka antara lain ketua umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, mantan wakil ketua PBNU Nusron Wahid, rektor unusia juri Ardiantoro, mantan ketua umum PB PMII Aminudin Ma’ruf, juga wakil ketua umum DPP PKB Faisol Reza.
Dalam konteks bernegara dan lebih-lebih ber-NU, kehadiran ataupun ketidak hadiran sejumlah menteri ke PBNU, idealnya dilihat dari dua perspektif ini.
“Pertama, dalam konstruksi politik rahmatan lilalamin, dua kutub menteri tersebut wajib menomorsatukan warga NU,” ujar Sholeh.
“Kedua, menteri-menteri tersebut, terutama yang berasal dan menggunakan identitas PKB, wajib loyal, tunduk dan seirama dengan ketua umum DPP PKB. Dalam konteks loyalitas, secara teologis posisi ketua umum DPP PKB adakah Waliyul Amri (pemegang otoritas dan mandat tunggal),” bebernya.
(Agus/Budis)