BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Penggunaan narkoba masih menjadi masalah serius di Indonesia. Narkoba bukan hanya merusak masa depan, tetapi juga mengancam kesehatan fisik dan mental penggunanya.
Salah satu langkah penting untuk melindungi diri adalah memahami perbedaan efek antara jenis-jenis narkoba, khususnya kokain dan heroin, yang memiliki dampak berbeda terhadap tubuh.
Kokain adalah stimulan yang memacu energi, sedangkan heroin adalah opioid yang menekan fungsi tubuh. Cara kerja di otak dan proses pengobatannya juga beda, lho!
Apa Itu Kokain?
Kokain berasal dari daun koka dan berbentuk bubuk putih. Zat ini bisa dihirup, disuntikkan, bahkan digosokkan ke gusi. Kokain meningkatkan kadar dopamin di otak, bikin pemakainya merasa euforia, enerjik, dan kecanduan berat.
Tanda-tanda fisik kecanduan kokain gampang dikenali:
- Pupil mata melebar
- Berat badan turun drastis
- Mimisan akibat menghirup kokain
- Bekas luka bakar di bibir atau jari
- Bekas suntikan di lengan
- Kegelisahan ekstrem
- Hidung sering meler atau mengendus
Baca Juga:
Fachri Albar Kembali Tersandung Kasus Narkoba, Punya Nasab Nabi Muhammad SAW?
Geger! Fachri Albar Kembali Ditangkap Kasus Narkoba, Janji 2018 Tinggal Kenangan?
Apa Itu Heroin?
Berbeda dengan kokain, heroin adalah opioid ilegal yang dibuat dari morfin, zat alami yang diekstrak dari tanaman opium. Heroin biasanya berbentuk bubuk putih atau cokelat. Selain berbahaya buat otak, heroin juga bisa merusak mulut, menyebabkan masalah gigi serius alias “gigi heroin.”
Beberapa tanda kecanduan heroin yang perlu diperhatikan:
- Pupil mata menyempit
- Berat badan anjlok mendadak
- Perubahan perilaku seperti jadi agresif atau tertutup
- Bicara cadel atau tidak jelas
- Penurunan kebersihan diri
- Bekas suntikan
Apa Sih Bedanya Efek Kokain dan Heroin?
Perbedaan utama antara heroin dan kokain terletak pada efek dan bahayanya. Kokain sebagai stimulan meningkatkan energi, mempercepat detak jantung dan tekanan darah, sehingga berisiko serangan jantung atau stroke.
Sementara itu, heroin sebagai depresan memperlambat fungsi tubuh, dan bisa menyebabkan depresi pernapasan hingga kematian saat overdosis.
Perawatan juga berbeda. Pecandu kokain butuh detoksifikasi medis, terapi psikologis, dan kelompok dukungan. Pecandu heroin biasanya menjalani detoksifikasi plus Medication-Assisted Treatment (MAT) untuk mengurangi rasa sakit saat putus zat dan membantu menekan keinginan untuk menggunakan lagi.
Semua ini tersedia di pusat pemulihan seperti Level Up Lake Worth.
Bagaimana Gejala Putus Zatnya?
- Putus zat heroin mulai dalam 6–12 jam setelah dosis terakhir, puncaknya di hari kedua atau ketiga, dan bisa berlangsung lebih dari 10 hari. Gejalanya meliputi nyeri otot, insomnia, muntah, diare, kecemasan ekstrem, dan bahkan dehidrasi parah.
- Putus zat kokain lebih banyak menyerang mental, seperti perubahan mood ekstrem, rasa letih yang luar biasa, mimpi buruk, dan keinginan menggebu untuk menggunakan kembali.
Walau gejala fisik heroin terasa lebih berat, jangan remehkan putus zat kokain, karena tekanan emosionalnya sangat kuat dan bisa menggoda untuk kambuh lagi.
(Hafidah Rismayanti/Budis)