BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah unggahan video berdurasi 1 menit 29 detik di platform X (dulu Twitter), yang disebut-sebut menampilkan rekaman suara Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam video tersebut, narasi menyebutkan bahwa SBY tengah meluapkan kemarahannya kepada Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo terkait penggusuran lahan di Kalimantan Timur yang diduga dilakukan oleh mafia tanah.
Unggahan itu tidak hanya menyebar luas, tapi juga memancing emosi publik. Narasi dalam video tersebut memunculkan persepsi kuat bahwa SBY turun langsung dan mengambil sikap keras atas ketidakadilan.
Berikut narasi dalam unggahan yang viral itu:
“Terdengar suara sby yg marah pada kapolri. Terlihat anggota dpr meminta kapolri di pecat. Nah jika kalian punya kekuatan absolut dan hati yg penuh keadilan . Pantaskah kapolri di pecat?”
Tak butuh waktu lama, netizen pun ramai berspekulasi. Sebagian menyambut unggahan tersebut dengan serius, sementara lainnya mempertanyakan keaslian suara itu.
Kesan tegas dan berani yang disampaikan dalam rekaman menjadi bahan diskusi publik di berbagai platform media sosial.
Baca Juga:
Hasil Cek Fakta
Namun, setelah dilakukan penelusuran fakta lebih dalam, terungkap bahwa rekaman suara tersebut bukanlah suara asli SBY. Klarifikasi ini disampaikan setelah membandingkan isi rekaman dengan sebuah video YouTube berjudul “AKHIRNYA TERUNGKAP! TEGURAN KERAS KEPADA KAPOLRI BUKAN SUARA SBY, TAPI SUARA SEORANG KOLONEL” yang tayang di kanal Hersubeno Point.
Dalam video tersebut, bagian rekaman yang identik bisa ditemukan pada menit 2:13 hingga 4:06. Ini mengindikasikan bahwa suara yang diduga milik SBY itu sebenarnya berasal dari seorang kolonel, bukan sang mantan presiden.
Bahkan, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, telah memberikan pernyataan tegas sejak Februari lalu bahwa rekaman suara tersebut tidak asli.
Dengan demikian, berdasarkan bukti dan klarifikasi resmi, rekaman suara SBY yang memarahi Kapolri adalah sebuah hoaks.
Kejadian ini kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya di media sosial, terlebih ketika berkaitan dengan tokoh penting negara.
(Hafidah Rismayanti/Aak)