BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di balik keindahan alam dan tradisi yang masih lestari, Kampung-kampung adat di wilayah Parahyangan Timur menyimpan sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perjalanan budaya Sunda dan penyebaran Islam di Tatar Pasundan. Wilayah ini menjadi saksi bisu interaksi antara tradisi lokal dengan nilai-nilai Islam yang perlahan membentuk identitas budaya masyarakatnya.
Salah satu kampung adat yang paling menonjol adalah Kampung Naga di Tasikmalaya. Menurut kajian Nurjamana dkk. (2021), kampung ini merupakan representasi sempurna dari perpaduan antara filosofi Islam dan kearifan lokal.
Sejarah kampung ini diyakini berawal dari komunitas tradisional Sunda yang kemudian menerima ajaran Islam tanpa menghapus nilai-nilai leluhur. Ini tercermin dalam arsitektur rumah adat, aturan hidup, dan pola sosial masyarakat yang tetap mempertahankan struktur adat namun bernapas Islami.
Selain Kampung Naga, Kampung Pulo di Kabupaten Garut juga menjadi bagian penting dari sejarah kampung adat di Parahyangan Timur. Berdasarkan penelitian Ratih (2019), komunitas Kampung Pulo bermula dari para pengikut Syekh Maulana Hasanuddin, salah satu tokoh penyebar Islam di wilayah Garut.
Seiring waktu, komunitas ini membentuk tatanan adat yang unik dan terus dijaga oleh keturunannya. Kampung Pulo dikenal dengan jumlah rumah yang tidak boleh berubah, yaitu tujuh unit, sebagai simbol kesetiaan terhadap leluhur dan nilai-nilai spiritual yang diwariskan.
Kampung Dukuh di Garut pun menyimpan narasi sejarah yang kuat. Seperti dijelaskan Milasari dkk. (2024), masyarakat Dukuh memelihara kehidupan keberagamaan yang mencerminkan harmoni antara tradisi dan ajaran Islam. Jejak sejarah keberagamaan ini menjadi fondasi dalam pembentukan identitas dan pola kehidupan sehari-hari masyarakat Dukuh.
Dalam studi yang dilakukan Firdaus (2017), nilai-nilai historis dan adat-istiadat di kampung-kampung adat Parahyangan Timur bukan hanya dijaga, tetapi juga diwariskan secara turun-temurun melalui praktik keseharian dan sistem pendidikan informal di komunitas. Hal ini menjadikan kampung adat sebagai ruang hidup sekaligus ruang belajar sejarah yang autentik bagi generasi muda.
BACA JUGA
Makna di Balik Arsitektur Rumah Panggung Kampung Adat Sinar Resmi
Kampung Adat Miduana: Destinasi Wisata Edukasi dan Religi di Cianjur Selatan
Secara umum, sejarah kampung adat Parahyangan Timur tidak bisa dilepaskan dari proses akulturasi antara budaya Sunda dan agama Islam. Setiap kampung menyimpan narasi tersendiri, namun semuanya menunjukkan pola pewarisan nilai dan budaya yang kuat sejak ratusan tahun lalu.
Kampung-kampung adat ini bukan hanya simbol pelestarian budaya, tetapi juga bukti nyata bahwa tradisi lokal mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.
Sumber: Jurnal Artefak; Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya; Jurnal Pendidikan Matematika; Jurnal Citizenship Virtues
(Daniel Oktorio Saragih/Magang/Aak)