BRIN: IKN Terancam Kekeringan Ekstrem di Masa Mendatang

Puluhan Rumah di Sukoharjo Dihantam Angin Putting Beliung
Ilustrasi-Angin Puting Beliung (freepik)

Bagikan

JAKARTA,TM.ID: Wilayah Kalimantan termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN) terancam kekeringan ekstrem akibat perubahan iklim (2021-2050) di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).

Hal itu dikemukakan Dr. Erma Yulihastin, Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN melalui rilis resminya berdasarkan hasil kajian perubahan iklim, yang diumumkan pada 30 Januari 2024.

Erma Yulihastin menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem telah mengalami peningkatan signifikan yang berdampak pada wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan.

Kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan Kalimantan Selatan, termasuk IKN. Sedangkan Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah.

Untuk Pulau Jawa, kata Ema, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah.

“Khususnya untuk pantura Jawa Timur,” ungkap Erma, dikutip dari laman BRIN.

BACA JUGA: Tornado Rancaekek Vs Tornado AS, BRIN: 99,99 Persen Mirip!

Perubahan Hujan Diurnal

Selain kajian proyeksi perubahan iklim tersebut, lanjut Erma, kajian klimatologis terkini mengenai karakteristik hujan tahunan dan musiman di Indonesia juga diperlukan.

Hal ini sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual saat ini di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.

Erma mengatakan bahwa kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di BMI selama dekade terkini sebagai dampak dari pemanasan global.

Pada dasarnya, pola hujan diurnal di BMI mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.

Namun demikian, lanjut Erma, terdapat variasi fase hujan diurnal sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dinihari dengan frekuensi yang signifikan (~20%) untuk wilayah di utara Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta.

Hujan dinihari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) tersebut bahkan telah dibuktikan merupakan penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, 2020.

Ema menjelaskan hasil kajiannya yang menunjukkan karakteristik utama hujan dinihari di utara Jawa bagian barat, yaitu:

1.Hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya;

2. Keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dinihari (01.00–04.00 WIB);

3. Hujan dinihari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta.

Rekomendasi: Bentuk Segera Komite Cuaca Ekstrem

Dengan adanya kajian ini, Erma mengusulkan agar Indonesia membentuk Komite Cuaca Ekstrem. Menurutnya, kolaborasi yang erat dari hulu ke hilir antara BRIN, BMKG, BNPB, BPBD, Pemda, Relawan dan Media dalam sebuah forum bersama atau komite sudah saatnya dibangun.

Gagasan tersebut sebagai bagian dari langkah strategi nasional melakukan mitigasi dan antisipasi dampak cuaca ekstrem yang semakin meluas akibat perubahan iklim.

Ema menekankan agar Indonesia mencontoh negara-negara federal di Amerika Serikat yang memiliki Komite Khusus Cuaca Esktrem yang beranggotakan ilmuwan, prakirawan, politisi yang merupakan wakil pemerintah pusat dan pemerintah daerah setempat.

“Serta menggandeng media, LSM dan relawan,” jelasnya.

Erma menyebutkan bahwa komite ini bisa dibuat dalam sebuah program strategis nasional yang dinamakan Bangsa Siaga Cuaca atau Weather-Ready Nation (WRN) yang sebenarnya juga diinisiasi oleh badan cuaca dunia yaitu World Meteorological Organization (WMO).

Tujuan utama WRN tak sekadar memperkuat hilirisasi informasi peringatan dini cuaca ekstrem semata, tapi juga melakukan edukasi secara intensif dan meluas kepada publik.

Dijelaskan Erma, melalui komite tersebut juga dapat dirumuskan program-program penting untuk edukasi publik, membangun simpul-simpul relawan yang efektif dan berdaya jangkau luas dengan engagement yang signifikan, serta secara aktif bekerja terus menerus dalam membangun kesadaran publik.

“Penting untuk dipahami, berbeda dengan jenis bencana alam lain seperti gempa dan tsunami, cuaca ekstrem adalah jenis bencana alam yang paling dinamis dan paling sering terjadi sehingga butuh terus-menerus untuk keep up to date,” katanya.

Bahkan, tegas Ema, informasi prediksi cuaca ekstrem pun harus terus-menerus diperbarui idealnya dua kali dalam sehari, mengikuti dinamika cuaca yang berubah-ubah setiap waktu.

Menurutnya, tantangan terbesar keilmuan meteorologi dan klimatologi adalah menghasilkan model prediksi hujan yang akurat untuk wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).

Oleh karena itu, semua bentuk studi dari hulu ke hilir yang berkaitan dengan meteorologi dan klimatologi sama-sama memiliki tujuan akhir agar dapat menghasilkan prediksi cuaca ekstrem yang lebih baik.

Menyongsong Indonesia emas 2045, lanjut dia, dan dalam rangka mencapai target menjaga suhu bumi tidak melampaui 1,5 derajat Celcius pada 2050, di bagian hulu, Indonesia harus segera menguasai teknologi prediksi cuaca dan iklim.

Informasi-informasi prediksi cuaca di Indonesia sudah saatnya dihasilkan dari kemampuan periset-periset handal bangsa ini dalam menghasilkan data-data prediksi resolusi tinggi dan akurat untuk memperkuat sistem peringatan dini bencana terkait cuaca ekstrem di Indonesia.

 

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Penetapan Tersangka Hasto
Soal Penetapan Tersangka Hasto, Jokowi Memilih Tersenyum 'Saya sudah Purnatugas, Pensiunan Biasa'
KPK Cegah Yasonna dan Hasto ke Luar Negeri
Terkait Kasus Dugaan Suap PAW, KPK Cegah Yasonna dan Hasto ke Luar Negeri
Ciwalk Bandung
Tempat Liburan Akhir Tahun yang Beda di Bandung
Sopir Truk Kecelakaan Maut Bus Rombongan Pelajar di Tol Pandaan jadi Tersangka
Sopir Truk Kecelakaan Maut Bus Rombongan Pelajar di Tol Pandaan jadi Tersangka
Tyronne del Pino Singgung Soal Dampak Menurunnya Kondisi Fisik
Tyronne del Pino Singgung Soal Dampak Menurunnya Kondisi Fisik Terhadap Performa Permainan Persib
Berita Lainnya

1

Anggota Komisi 2 DPRD Jabar Imbau Masyarakat Aware Terhadap Konsumsi Makanan dengan Kadar Gula Tinggi

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Aktivitas Kawah Sileri Gunung Dieng Meningkat, Masyarakat dan Wisatawan Tidak Masuki Wilayah Radius 500 Meter

4

Gunung Mas Group (GMG) dan LKP Bina Ilmu Gelar Pelatihan Operator Dump Truck ke-2 yang Didukung Disnakertrans Malut

5

Hampir Mirip, Ini Perbedaan Gejala Herpes dan Gigitan Tomcat
Headline
Legislator Minta Perusahaan Penumpah Zat Kimia di Padalarang Diberi Sanksi Berat
Legislator Minta Perusahaan Penumpah Zat Kimia di Padalarang Diberi Sanksi Berat!
Gabriel Martinelli Bisa Jadi Opsi Arsenal Ganti Bukayo Saka
Gabriel Martinelli Bisa Jadi Opsi Arsenal Ganti Bukayo Saka
Manchester United Siapkan Pengganti Rashford
Manchester United Siapkan Pengganti Rashford
Man City Incar Kiper Sensasional Juventus
Man City Incar Kiper Sensasional Juventus

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.