BANDUNG,TM.ID: Ahli Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti mendapat apresiasi dari warganet terkait ‘best quote’ atau kutipan terbaik yang disampaikannya dalam film dokumenter politik ‘Dirty Vote’.
Menjelajahi selasar platform X (twitter), pernyataan Bivitri Susanti akan kritiknya terhadap penyelenggaraan Pemilu 2024, sejak dirilisnya film Dirty Vote pada 11 Februari sampai hari ini, Senin (12/2) masih nangkring di tangga trending.
Bahkan sempat memuncaki level trending topic tersebut pada Minggu malam dengan lebih dari 46ribu kali postingan.
Lalu, apa yang menjadi sorotan publik akan kutipan pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) serta Dosen STH Jentera, Harvard Kennedy School tersebut?
Dalam statemen penutup film dokumenter Dirty Vote, tepatnya di menit ke 1:54:26 hingga 1:54:50, sebagaimana disimak dari tayangan kanal YouTube PSHK Indonesia, Bivitri memberi kesimpulan mengenai siasat keberlangsungan kekuasaan politik dari penguasa NKRI.
BACA JUGA: Politik Gentong Babi dalam Film Dirty Vote
Berikut Best Quote Bivitri Susanti:
“Tapi sebenarnya ini bukan rencana atau desain yang hebat hebat amat. Skenario seperti ini dilakukan oleh rezim rezim sebelumnya, banyak negara dan sepanjang sejarah.
Karena itu untuk menjalankan sekanrio kotor seperti ini tak perlu kepintaran atau kecerdasan, yang diperlukan cuma dua, mental culas dan taan malu”.
Bivitri adalah satu dari tiga akademisi ahli hukum tata negara yang muncul dalam film Dirty Vote, di mana dua akademisi lainnya adalah Zaenal Arifin Mochtar yang diketahui merupakan Dosen Universitas Gadjah Mada dan juga Direktur Pusat PUKAT UGM; dan Feri Amsari, Dosen Unand yang juga Direktur PUSAKO Unand.
Narasi yang dibangun oleh ketiga narasumber tersebut sepenuhnya berisi kritikan tajam terhadap penguasa tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini, yang ingin melanjutkan kekuasaannya pada periode pemerintahan 2024-2029 mendatang hasil elektoral Pemilu 2024.
Apresiasi terhadap Bivitri disampaikann oleh pemilik akun X King Purwa, @BosPurwa, dengan deskripsi berikut:
“THE BEST QUOTES
..untuk menyusun dan menjalankan skenario KOTOR seperti ini tidak perlu kepintaran atau kecerdasan, yang diperlukan cuma dua, MENTAL CULAS dan TAHAN MALU.”
Dirty Vote – Bivitri Susanti”
King Purwa juga memposting potongan video dari Film Dirty Vote tersebut yang fokus pada statemen Bivitri Susanti.
THE BEST QUOTES
“..untuk menyusun dan menjalankan skenario KOTOR seperti ini tidak perlu kepintaran atau kecerdasan, yang diperlukan cuma dua, MENTAL CULAS dan TAHAN MALU.”
Dirty Vote – Bivitri Susanti pic.twitter.com/DVPHPXrl9d
— King Purwa (@BosPurwa) February 11, 2024
Senada, akun X dimdum’s, @dimasalhafiidh juga menandai clossing statmen Bivitri terkait skenario kotor untuk melangsungkan kekuasaan politik sang penguasa.
“Untuk menjalankan skenario kotor seperti ini, tak perlu kepintaran atau kecerdasan, yang diperlukan cuma dua, “Mental Culas & Tahan Malu”. -Bivitri Susanti (Dirty Vote)”
Seperti diketahui, banyak pihak yang menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) begitu nekat menghalalkan segala cara demi mempertahankan status quo kekuasaannya.
Kontroversi Film Dirty Vote
Film Dirty Vote hasil arahan sutradara Shandy Laksono ini dinilai cukup kontroversial, terlebih dirilis pada tanggal 11 Februari, ketika Pemilu 2024 memasuki tahap masa tenang menjelang hari pencoblosan pada tanggal 14 Februari.
Dirty Vote telah mengguncang momentum paling sakral dalam agenda politik Tanah Air, di mana 14 Februari 2024 rakyat Indonesia akan menentukan pilihan terbaiknya dari tiga kontestan pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden (Capres-Cawapres) yang terdiri dari Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) dengan nomor urut 1; Prabwo Subianto – Gibran Rakabuming Raka (nomor urut 2); dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD (nomor urut 3).
Reaksi keras pun muncul dari kubu pasangan Prabowo-Gibran atas rilisnya film Dirty Vote yang berdurasi 1jam 57 menit 21 detik tersebut.
Habiburokhman, selaku Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, menuding Dirty Vote merupakan film yang berisi fitnah.
Diapun mempertanyakan kapasitas serta kebenaran dari paparan ketiga ahli hukum yang hadir di film itu, serta menyangsikan dugaan kecurangan yang diarahkan ke Prabowo-Gibran.
“Sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah. Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut dan saya kok merasa sepertinya ada tendensi, keinginan untuk mendegradasi pemilu ini dengan narasi yang sangat tidak berdasar,” kata Habiburokhman, seperti dilansir Antara, Minggu (11/2).
(Aak)