BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menegaskan banjir yang rutin melanda sejumlah wilayah di Kota Bandung bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi. Lebih dari itu, keberadaan bangunan liar di bantaran dan bahkan di atas sungai turut memperparah kondisi tersebut.
“Banyak saluran air, sungai maupun solokan, yang berubah fungsi menjadi permukiman. Ini jelas mempersempit jalur air dan menghambat aliran, akhirnya meluap dan menyebabkan genangan,” kata Erwin, Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, penertiban bangunan liar menjadi bagian penting dari strategi jangka pendek pengendalian banjir. Namun, upaya ini tidak bisa dilakukan secara instan karena menyangkut proses sosial yang cukup kompleks.
“Ini bukan hanya soal bongkar bangunan. Ada warga yang harus direlokasi, dan mungkin butuh bantuan sewa tempat tinggal sementara. Pendekatannya harus humanis,” ucapnya.
Baca Juga:
Kata Diskar PB Kota Bandung Banjir Sekarang Ditambah Sama Tumpukan Sampah
30 Kolam Retensi Ditargetkan Rampung 2026, Pemkot Bandung Serius Tangani Banjir
Selain masalah lokal, Erwin juga menyebut faktor geografis Bandung yang berada di wilayah cekungan, serta limpahan air dari daerah tetangga, turut memperburuk kondisi banjir. Oleh karena itu, Pemkot Bandung telah menempatkan alat penyedot air di titik-titik rawan, serta melakukan pengecekan rutin terhadap saluran air.
Salah satu contoh keberhasilan penanganan banjir, menurutnya, terjadi di kawasan Gumuruh. Setelah dilakukan penertiban bangunan dan pembukaan saluran, genangan air berkurang signifikan.
“Kami butuh dukungan warga. Kalau ada saluran air yang ditutup bangunan atau muncul bangunan liar, laporkan saja. Kami siap tindak lanjuti,” ujarnya.
Penanganan banjir, kata Erwin, menjadi salah satu fokus utama Pemkot Bandung. Selain langkah-langkah taktis, Pemkot juga tengah mengembangkan strategi jangka menengah seperti pembangunan kolam retensi dan program normalisasi sungai di berbagai kawasan.
“Semua ini bagian dari upaya menyeluruh agar Bandung bisa keluar dari siklus banjir tahunan. Tapi kami tidak bisa kerja sendiri. Perlu kolaborasi warga untuk menjaga saluran air tetap berfungsi,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)