BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Fenomena rojali alias rombongan jarang beli dan rohana atau rombongan hanya nanya-nanya kembali menjadi sorotan di tengah lesunya daya beli masyarakat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menilai, fenomena rojali dan Rohana bukanlah hal baru, tetapi intensitasnya kian meningkat sejak daya beli masyarakat belum pulih seusai pandemi.
Baca Juga:
Fenomena Rojali Gak Melulu Bikin Rugi, Omzet Ritel F&B Justru Naik!
“Fenomena rojali dan rohana itu selalu ada dari dahulu. Bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul, tetapi belakangan ini memang meningkat karena daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah, belum pulih sejak 2024,” ujar Alphonzus dalam Investor Market Today, Jumat (25/7/2025).
Menurutnya, banyak pengunjung datang ke pusat perbelanjaan bukan semata untuk berbelanja, melainkan untuk hiburan, sosialisasi, atau sekadar jalan-jalan. Namun, pola konsumsi pun ikut berubah. Masyarakat kini cenderung memilih produk-produk berharga murah atau ukuran kecil karena uang yang dipegang makin terbatas.
Baca Juga:
Sandiaga Uno: Wisata Belanja Terancam Kualitas Udara Buruk Jakarta
“Tren belanja sudah bergeser. Pengunjung lebih selektif. Yang biasanya makan-minum di mal setiap hari, kini hanya saat akhir pekan. Yang dibeli pun barang-barang dengan unit price kecil,” ungkapnya.
APPBI mencatat kunjungan ke mal memang tetap tumbuh secara nasional, meskipun hanya single digit. Namun, pertumbuhan transaksi tak sejalan, terutama saat momen puncak seperti Ramadan dan Idulfitri 2025, yang hanya mencatatkan pertumbuhan penjualan di bawah 10%, jauh dari target 20–30%.
Kondisi ini diperparah dengan perpanjangan musim sepi (low season) setelah Idulfitri karena momentum libur datang lebih awal dan belanja masyarakat belum menggeliat. (_usamah kustiawan)