Anak Hebat di Era Digital: Apakah Tujuh Kebiasaan Ini Masih Relevan?

pendidikan anak era digital
(muhammadiyah.com)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Seratus hari pemerintahan yang baru telah berjalan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, Kemendikdasmen menjadi salah satu kementerian yang menunjukkan sikap positif dalam 100 hari kerja pertama. Tidak hanya itu, Mendikdasmen Abdul Mu’ti juga turut diapresiasi dan terpilih menjadi salah satu menteri dengan kinerja baik.

Apresiasi ini tidak hanya sekadar capaian, melainkan akan menjadi motivasi bagi Kemendikdasmen untuk terus memberikan layanan pendidikan terbaik demi mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Namun, di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat, masih relevankah tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat? Pertanyaan ini mengemuka ketika kita menyaksikan anak-anak yang lebih akrab dengan layar gawai dibandingkan interaksi sosial secara langsung.

Sementara itu, harapan besar tetap ditujukan kepada generasi muda agar mampu menjadi pilar utama menuju Indonesia Emas 2045. Secara yuridis, komitmen pemerintah dalam membentuk generasi unggul telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan pentingnya pendidikan karakter.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa setiap anak berhak atas pengasuhan dan perlindungan yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan optimal (Kemendikbud, 2020). Regulasi ini menjadi dasar hukum bahwa pembentukan karakter bukan hanya tanggung jawab keluarga dan sekolah, tetapi juga negara.

Dari sudut pandang historis, filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya membangun karakter anak yang seimbang antara cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga moral dan etika. Sayangnya, perkembangan zaman telah menggeser orientasi pendidikan dari pembangunan karakter menjadi sekadar pencapaian akademik.

Seperti yang dikatakan oleh psikolog pendidikan John Dewey (1938), “pendidikan sejati adalah pengalaman yang terus berkembang,” bukan hanya sekadar menghafal materi.

Sosiologisnya, anak-anak saat ini tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut teori ekologi Bronfenbrenner, lingkungan sosial memegang peran besar dalam membentuk karakter anak.

Namun, dengan tingginya ketergantungan pada teknologi, interaksi sosial di dunia nyata semakin berkurang, membuat anak-anak lebih rentan terhadap masalah sosial dan emosional (Santrock, 2021). Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana menerapkan tujuh kebiasaan ini dalam dunia digital?

Dari perspektif medis, penelitian Case Wester University (2022) menunjukkan bahwa penggunaan gawai secara berlebihan dapat menghambat perkembangan kognitif dan emosional anak. Tidur yang tidak cukup dan paparan layar yang berlebihan berkontribusi pada menurunnya fokus dan daya ingat anak hingga 30%.

Oleh karena itu, membentuk kebiasaan positif seperti pola tidur yang sehat dan keseimbangan aktivitas digital dengan dunia nyata menjadi sangat penting.

Lalu, bagaimana strategi konkret untuk mewujudkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat? Jawabannya ada pada kolaborasi multi-sektor. Sekolah sebagai institusi pendidikan harus mulai mengadaptasi metode pembelajaran berbasis pengalaman, seperti project-based learning yang telah terbukti efektif dalam membentuk karakter anak (Latif, 2016).

Di sisi lain, orang tua harus berperan lebih aktif dalam memberikan pendampingan yang bijak dalam penggunaan teknologi, bukan sekadar melarang tetapi mengarahkan.

Kesuksesan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tidak lepas dari sinergi lintas sektor yang melibatkan berbagai kementerian, lembaga, pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat. Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menegaskan bahwa membangun generasi emas memerlukan dukungan dari semua pihak.

“Kami menyadari bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak. Sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan gerakan ini,” ujar Suharti.

Dampak dari implementasi tujuh kebiasaan ini tidak hanya terasa pada individu, tetapi juga terhadap kemajuan bangsa secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh dengan kebiasaan positif akan menjadi pemimpin yang memiliki integritas tinggi, produktivitas tinggi, serta kepedulian sosial yang kuat.

BACA JUGA: Presiden ke Komdigi: Aturan Perlindungan Anak di Ruang Digital Rampung 2 Bulan

Sebuah laporan dari World Economic Forum (2021) menunjukkan bahwa negara dengan sistem pendidikan berbasis karakter memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih stabil dan ketahanan sosial yang lebih baik. Ini membuktikan bahwa pendidikan karakter adalah kunci menuju kemajuan bangsa.

Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah tujuh kebiasaan ini masih relevan, tetapi bagaimana cara menyesuaikannya dengan tantangan zaman. Tanpa adaptasi dan inovasi, konsep ini bisa menjadi sekadar slogan yang tidak membekas dalam kehidupan anak-anak kita. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengambil langkah nyata.

Pendidikan karakter di era digital bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Jika kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, maka membentuk anak-anak hebat sejak dini adalah langkah yang tidak bisa ditunda lagi.

 

(Fadil Maman)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Persib Sambut Kunjungan Wali Kota Bandung Terpilih
Persib Sambut Kunjungan Wali Kota Bandung Terpilih di Stadion GBLA
Gas Elpiji 3 kg
Elpiji 3 Kg Menghilang, Warga: 'Memangnya pangkalan kayak pengecer, bisa jual gas tengah malam?'
fbea5ad0-0b6f-11ef-8ff3-b5e8e6d98d11
Declan Rice Sentil Liverpool Usai Arsenal Hancurkan Manchester City
proyek food estate
Presiden Diingatkan Soal Proyek Food Estate di Lahan Gambut, Bisa Akibatkan Kerusakan Ekologis
gas lpg 3kg LANGKA-3
Penjualan Gas LPG 3 Kg Dibatasi, Pertamina Jamin Stabilitas Harga dan Pasokan
Berita Lainnya

1

Peduli Terhadap Petani Disabilitas, Mahasiswa UHS Gelar "Suara untuk Kesetaraan"

2

Saat Gas LPG Melon Langka, Pemerintah Beberkan Sejumlah Alasan?

3

Buntut Pemerasan WNA Tiongkok, 30 Pejabat Imigrasi Soetta Dicopot

4

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

5

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!
Headline
Kemenhub Berencana Operasikan Water Taxi dan Sea Plane
Kemenhub Berencana Operasikan Water Taxi dan Sea Plane di Sejumlah Sentra Pariwisata
Polisi Semarang Jadi Tersangka
Peras Remaja di Pantai Marina, Polisi Semarang Jadi Tersangka
Langkanya Gas 3 Kg di Eceran Buat Warga Harus Antre
Langkanya Gas 3 Kg di Eceran Buat Warga Harus Antre Beli ke Pangkalan
Masyarakat Bisa Skrining Kesehatan Mental Gratis
Mulai Bulan Ini, Masyarakat Bisa Skrining Kesehatan Mental Gratis, Begini Caranya

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.