JAKARTA,T.ID : AC Milan mengejutkan dunia sepak bola dengan keputusan tak terduga mereka untuk memecat Paolo Maldini dari jabatannya sebagai direktur teknik.
Pengumuman ini tidak hanya membuat para penggemar terkejut, tetapi juga mengundang kemarahan mantan pelatih A Milan, Carlo Ancelotti.
Ancelotti dan Maldini memiliki hubungan yang erat, membentuk ikatan kuat selama mereka berada di AC Milan. Bersama-sama, mereka meraih kejayaan besar, membawa Rossoneri menjadi kekuatan terbesar di Eropa dengan meraih dua trofi Liga Champions.
Mengingat hubungan dekat mereka, tidak mengherankan Ancelotti merasa sedih dan kecewa dengan keputusan klub untuk menghentikan Maldini. Bagi Ancelotti, AC Milan bukan sekadar tim, tetapi sebuah tempat yang ia cintai dan di mana ia mengukir sejarah baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih.
Ancelotti bahkan bermimpi untuk bertemu Maldini di final Liga Champions musim ini. Namun, mimpi itu sirna setelah Real Madrid dan AC Milan sama-sama tersingkir di babak semifinal. Kekecewaannya semakin mendalam ketika kabar pemecatan Maldini mencuat.
Ancelotti memang masih mencintai AC Milan, tetapi ia tidak senang dengan kebijakan yang diusung oleh pemilik baru klub, Gerry Cardinale. Ia merasa bahwa klub lebih mementingkan bisnis daripada prestasi olahraga, sesuatu yang tidak ia setujui.
Ancelotti bahkan melontarkan sumpah bagi mantan timnya. Ia berharap bahwa keputusan klub untuk mengikuti kebijakan transfer yang gegabah akan membawa mereka menuju kegagalan di masa depan.
“Klub sepak bola yang lebih memprioritaskan bisnis daripada prestasi olahraga akan ditakdirkan untuk gagal,” tegas Ancelotti seperti dikutip dari Football Italia.
Tidak hanya itu, Ancelotti juga menyoroti kurangnya penghargaan terhadap para legenda klub. Baginya, Maldini adalah legenda terbesar dan paling membanggakan yang dimiliki oleh AC Milan. Prestasi dan loyalitas Maldini sebagai pemain, bahkan setelah pensiun, membuktikan hal tersebut. Maldini adalah salah satu sosok kunci yang mengantarkan AC Milan meroket menjadi salah satu tim terbaik di Eropa.
BACA JUGA: Mac Allister Siap Bermain Diposisi Mana Pun di Liverpool
Ancelotti mengambil contoh dari pengalamannya di Real Madrid, di mana ia belajar bahwa sejarah harus selalu dihormati. Di Madrid, nilai-nilai legendaris seperti Di Stefano, Amancio, Gento, dan Puskas tetap dijunjung tinggi.
“Apa yang terjadi pada Maldini membuktikan kurangnya budaya bersejarah dan kurangnya rasa hormat terhadap tradisi Milan. Memang benar Anda tidak menang dengan sejarah, tetapi sejarah mengajarkan bagaimana caranya untuk menang,” tegas Ancelotti.
Perjalanan Maldini bersama AC Milan selama 24 musim sebagai pemain merupakan cerita yang luar biasa. Ia meraih lima trofi Liga Champions dan tujuh trofi Liga Italia, menjadikannya pemain tersukses dalam sejarah klub.
Kini, dengan kepindahannya dari jabatan direktur teknik, Maldini meninggalkan jejak yang tak tergantikan di AC Milan. Ancelotti dan para penggemar akan merindukan kontribusinya yang luar biasa, sementara mereka mengkhawatirkan masa depan klub mereka di bawah kepemimpinan Cardinale.
Hanya waktu yang akan menjawab bagaimana keputusan ini akan berdampak pada AC Milan. Namun, satu hal yang pasti, perpisahan yang menyakitkan antara Maldini dan klub yang ia cintai ini akan meninggalkan bekas yang dalam dalam sejarah dan hati para penggemar Rossoneri.
(Budis)