RI Optimalkan Sumber Daya Alam Untuk Perdagangan Hijau

Sumber Daya Alam
Ilustrasi_ sebuah KEndaraan Melintasi Kawasan Gunung Bromo Tengger (Instagram @bbtnbromotengersemeru)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan menyatakan Pemerintah Indonesia mengoptimalkan sumber daya alam untuk mengembangkan perdagangan hijau dan berkelanjutan.

“Indonesia memiliki berbagai potensi dan kekayaan sumber daya alam untuk mengembangkan perdagangan hijau dan berkelanjutan, yang diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim juga memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” kata Kasan dalam keterangan resminya di laman kemendag di kutip Teropongmedia.

Salah satu komitmen tersebut tercermin pada langkah hilirisasi produk tambang yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya pada komoditas nikel yang menjadi bahan baku penting bagi produk kendaraan listrik.

“Di tingkat global, peringkat Indonesia sebagai eksportir sudah naik drastis dari urutan ke-8 pada 2021 menjadi urutan pertama di tahun 2022, mengalahkan negara-negara yang sebelumnya menjadi eksportir produk nikel terbesar, seperti Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat,” ujar dia.

Capaian tersebut, menurut Kasan, menjadi optimisme bagi Indonesia. Upaya hilirisasi yang telah dilakukan pada komoditas nikel perlu diperluas pada komoditas primer lainnya agar dapat mewujudkan perdagangan berkelanjutan sehingga cita-cita Indonesia menjadi negara maju pada 2024 dapat tercapai.

“Kemendag berkomitmen untuk terus mendorong kebijakan perdagangan yang berperan dalam memastikan terwujudnya perdagangan berkelanjutan di Indonesia,” tutur Kasan.

BACA JUGA: Bicara Hilirisasi, Luhut: 2 Tahun Lagi Indonesia Bisa Lebih Tajir dari Rusia

Sementara itu, Bank Dunia merekomendasikan Indonesia untuk memperkuat kebijakan perdagangan yang mengarah pada transformasi hijau.

Country Director World Bank Indonesia and Timor Leste, Satu Kahkonen mengatakan Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang baik dalam memanfaatkan perdagangan untuk transformasi hijau, namun perlu adanya penguatan untuk mengatasi beberapa tantangan yang menghambat transformasi tersebut.

“Intensitas karbon dalam perdagangan Indonesia sudah berhasil ditangani dengan baik sejak 2005. Akan tetapi, Indonesia dalam hal daya saing dan ekspor barang dan teknologi hijau belum mampu memenuhi permintaan. Ini membutuhkan tindakan lebih lanjut,” kata Kahkonen.

(Usk)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Eks Asisten Paula
Eks Asisten Bongkar Tabiat Paula Verhoeven Soal Bon Belanja
Direktur Utama (Dirut) PT LEN Industri (Persero) Bobby Rasyidin, Mobil Maung Pindad
5.000 Unit Mobil Maung Ditarget Rampung Akhir Tahun Ini
Budaya Banten
Mengenal Budaya dan Ciri Khas Suku Banten, Pewaris Warisan Kesultanan
Paula Verhoeven
Dibatasi Baim Wong, Paula Verhoeven Rindukan Momen Tidur Bersama Kiano dan Kenzo
rk bertemu jokowi
RK: Jokowi Beri Gagasan dan Konsep Soal Jakarta
Berita Lainnya

1

Cek Fakta : Kloning Babi dan Sapi di China?

2

Sampah Makanan Bergizi Gratis akan Diolah jadi Pupuk

3

Bikin Macet, Paku Bumi Jatuh di Jalan Buah Batu - Soekarno Hatta Bandung

4

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

5

CSIIS Ungkap Tom Lembong Penghancur Industri Gula Nasional
Headline
AMSI Jabar Pelatihan Cek Fakta 1
Amsi Jabar Gelar Pelatihan Cek Fakta, Hindari Menguatnya Mis-informasi Jelang Pilkada
Jorge Martin Kuasai Sirkuit Phillip Island
Jadi yang Tercepat di Sirkuit Sepang, Jorge Martin OTW Juara MotoGP 2024
timnas Indonesia
27 Pemain Timnas Indonesia Dipanggil Jelang Laga Versus Jepang dan Arab Saudi, 2 Pemain Absen
Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat
BMKG Sebut Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat