BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Penjualan dan harga beras tengah menjadi sorotan. Pemerintah pun sedang berusaha untuk memacu intervensi di wilayah-wilayah di Indonesia yang mengalami lonjakan harga.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menanggapi soal adanya kelangkaan beras di ritel pasar modern. Menurut Amran, kelangkaan beras tersebut lantaran adanya pergeseran pola distribusi beras dari ritel modern menuju ke pasar tradisional.
Menurut Amran, terjadinya kelangkaan beras itu bukan karena tidak tersedianya produk pada ritel modern. Dia mengungkapkan, kelangkaan beras baru bisa terjadi apabila masyarakat perlu mengantre ketika hendak membeli beras.
“Tolong, yang dikatakan langka beras itu anda perlu antre untuk beli beras. Ini (terjadi) karena ada pergeseran pola distribusi beras dari sebelumnya menjadi sekarang,” jelas Amran saat jumpa pers di kantor Perum Bulog, Selasa (2/9/2025).
Baca Juga:
Harga Eceran Tertinggi Beras Medium Naik Jadi Rp13.500 per Kilogram
Harga Pangan Jawa Barat Senin 25 Agustus: Beras-Cabai Turun, Daging Masih Tinggi
Amran mengatakan, pergeseran tersebut terjadi karena dahulu, penyerapan beras lebih banyak terjadi di ritel modern. Namun saat ini, pergeseran distribusi beras saat ini didominasi oleh pasar tradisional.
“Ini ada pola pergeseran, beras ini mengisi ruang pasar tradisional. Dari pabrik kecil menuju pasar tradisional. Yang dahulu distribusi itu didominasi beras dari pabrik besar ke ritel modern. Ini ada pergeseran sedikit ke pasar tradisional,” tutur Amran.
Oleh karena itu, Amran mengatakan kelangkaan beras itu tidak bisa diaminkan melihat situasi produksi yang tengah dalam puncaknya.
“Yang dikatakan langka itu ketika produksi beras itu turun. Ini bukan langka ya,” tegas Amran.
Sebelumnya, Amran mengungkapkan operasi pasar yang dilakukan terhadap 4.000 titik di seluruh Indonesia telah membuahkan hasil. Dia menyebutkan, berkat operasi pasar yang telah berlangsung hingga akhir Agustus kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan inflasi beras telah menurun dari 2,37% menjadi 2,31%.
Amran menambahkan, operasi pasar dengan menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 1,3 juta ton, kini tinggal berfokus separuh dari 4.000 titik. Saat ini di awal September, Mentan mengatakan pemerintah terus memastikan operasi pasar tetap berlangsung di 214 kabupaten seluruh Indonesia.
“Kemarin itu adalah awal untuk menggerakkan operasi pasar secara nasional. Alhamdulillah sudah membuahkan hasil, inflasi kita turun dari 2,37% menjadi 2,31%,” jelas Amran dalam kesempatan yang sama.
Amran mengatakan, stok 1,3 juta ton yang dipersiapkan untuk operasi pasar sudah sangat mencukupi. Pasalnya, program operasi pasar akan terus dilakukan sampai akhir tahun mengingat stok cadangan beras pemerintah (CBP) masih berada di angka 4 juta ton.
“BPS mengumumkan, produksi kita sampai dengan Oktober itu mencapai 31,4 juta ton. Tahun lalu, bulan Desember atau produksi selama 12 bulan, produksinya 30 juta ton,” terang Amran.
Menurut Amran, BPS memprediksi produksi beras sampai akhir tahun 2025 ini, 34 juta ton. Dia menyebutkan produksi ini menjadi lompatan tertinggi selama 5-10 tahun terakhir atau berkisar di atas 10%.
“Ini bukan kerja kami (Kementan), ini adalah kerja seluruh pihak, kita semua, termasuk media, memberikan kritik konstruktif dan semuanya. Karena sukses tidak terjadi tanpa kolaborasi,” tegas Amran. (usamah kustiawan)