BANDUNG,TM.ID: Kembali lagi terjadi kasus perundungan atau bullying di lingkungan pendidikan, kali ini terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Tri Sukses Jambi.
Korban adalah seorang remaja berinisial APD (12) laki-laki, yang mendapatkan tindakan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh dua kakak tingkatnya.
Berdasarkan video viral yang beredar di media sosial, APD terlihat terbaring ditemani ayahnya yang menangis melihat anaknya usai mendapatkan kekerasan dari seniornya itu.
BACA JUGA: Tips Membantu Anak Menghadapi Kasus Bullying di Sekolah
Santri Ponpes Tri Sukses itu mengalami luka di bagian kelamin, setelah ditendang oleh pelaku. Pelaku juga sempat menendang korban ke bagian perut.
“Kemalua* anak saya digesek secara paksa dengan menggunakan kaki. Bahkan perut APD juga sempat diinjak pelaku,” tulis keterangan dari unggahann akun X @memomedia, Sabtu (02/12/2023).
Ayah korban, Widi Setiawan kaget saat korban menghubunginya dan meminta dijemput di Ponpes Tri Sukses. Saat dihubungi APD, ayahnya sudah merasa kondisi anaknya sedang tidak baik-baik saja.
“Penganiayaan ini pertama kali terungkap setelah APD menelepon. ‘Yah, kalau ayah tidak mau menyesal, jemput saya sekarang’,” terangnya, menirukan pesan APD kepada ayahnya.
Widi setelah sadar dengan pesan dari APD, lalu bergegas untuk menjemputnya di Ponpes Tri Sukses.
APD setibanya di rumah dengan keadaan tubuh yang lemah, menceritakan pengalaman perundungan yang telah terjadi kepada dirinya.
“Mulut anak saya dibekap. Kemudian tangannya dipegang. Kaki anak saya dipegang kuat atau dipaksa. Kemudian kaki pelaku itu menendang bagian bawah itu anak saya,” ujar Widi Setiawan menerangkan perilaku bully yang diterima anaknya.
Lebih parahnya lagi, penganiayaan yang dialami APD bukan hanya terjadi sekali, melainkan sudah terjadi beberapa kali, yang membuatnya tidak tahan lagi menerima ini semua.
APD sempat menjalani perawatan di RSUD Raden Mattaher, serta melakukan visum di RS Bhayangkara Polda Jambi.
Pihak Ponpes Tri Sukses Jambi, diketahui telah menjenguk APD dan mengetahui aksi bullying tersebut.
Akan tetapi, belum ada pertanggungjawaban yang diterima keluarga korban terhadap kondisi APD hingga saat ini.
“Walau sudah menjenguk, pihak pondok pesantren belum memberikan pertanggungjawaban dan membantu biaya pengobatan. Ternyata, anaknya kerap mengalami perundungan. Namun, selalu disembunyikan APD karena ditekan untuk berkata yang baik saja terkait pondok pesantren kepada orang tua,” jelasnya.
(Saepul/Usk)