BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Pada tahun ini, Universitas Brawijaya menerima 19 mahasiswa difabel, dengan 15 orang di antaranya diterima melalui Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD), dan empat lainnya melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) serta Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).
Mahasiswa disabilitas ini meliputi satu orang dengan ADHD, enam penyandang tunadaksa, delapan penyandang tuli, tiga mahasiswa tunanetra, dan satu penyandang slow learner.
Mahasiswa difabel ini tersebar di beberapa fakultas, di antaranya:
- Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Fakultas Ilmu Administrasi
- Fakultas Ilmu Komputer
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
- Fakultas Teknik
- Fakultas MIPA
- Fakultas Vokasi
Fasilitas Difabel Universitas Brawijaya
UB telah mulai menerima mahasiswa difabel sejak tahun 2012. Selama perkuliahan, SLD (Subdirektorat Layanan Disabilitas) menyediakan berbagai fasilitas, seperti pendampingan, dosen yang telah dilatih untuk mengajar mahasiswa difabel, mobil kursi roda untuk mobilitas di kampus, serta screen reader untuk membantu mahasiswa tunanetra membaca materi perkuliahan.
Selain itu, tersedia juga kelas coaching untuk pembelajaran intensif serta pengembangan critical thinking. UB turut memberikan dukungan dalam bentuk persiapan TOEFL dan bantuan penyusunan skripsi. Untuk mendukung kesehatan mental dan intelektual, SLD bekerja sama dengan Unit Konseling menyediakan layanan pendampingan psikologis.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya (PKKMB UB) Tahun Akademik 2024/2025 yang berlangsung selama tiga hari dari tanggal 12-14 Agustus 2024, mahasiswa baru tahun ini ditugaskan untuk membuat video perkenalan menggunakan bahasa isyarat.
Kepala Subdirektorat Layanan Disabilitas (SLD) mengapresiasi keterlibatan mahasiswa difabel dalam kepanitiaan, terutama dalam memberikan pelatihan tentang kesadaran disabilitas kepada 200 supervisor cluster.
“Mahasiswa disabilitas sudah mampu berkarya bersama teman-temannya diwujudkan dengan kerja sama mereka di panitia PKKMB,” kata Zubaidah.
Zubaidah menjelaskan dalam persiapan PKKMB 2024, SLD melakukan pendataan dan pengumpulan informasi mengenai kebutuhan mahasiswa difabel, seperti kebutuhan Juru Bahasa Isyarat (JBI), pendampingan, dan pengetik cepat.
“Tidak semua teman tuli bisa bahasa isyarat.” katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan pihaknya menyediakan sembilan pengetik cepat untuk membantu mahasiswa difabel memahami materi yang disampaikan, yang langsung dituliskan di Google Docs.
BACA JUGA: Berdasar Versi Webometrics USK Menjadi Kampus Terbaik Nomor Satu di Sumatera
Ia juga mengungkapkan, pihaknya menyiapkan dua belas Juru Bahasa Isyarat (JBI), pendamping untuk mahasiswa tunanetra, pendorong kursi roda, serta pendamping untuk mahasiswa dengan ADHD dan slow learner. Ia juga mengungkapkan, semua ini untuk memastikan mahasiswa difabel dapat tetap fokus mengikuti PKKMB.
(Virdiya/Budis)