BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Giga Hidjrika Aura Adkhy torehkan prestasi membanggakan dikancah internasional.
Giga berhasil meraih Juara Pertama kategori “Play Track” dalam kompetisi EDU Chain Hackathon: Semester 3, berkat inovasi platform digital bernama UGM-AICare.
Ia menjadi satu-satunya pengembang (solo developer) yang merancang dan membangun UGM-AICare secara mandiri, mencakup pengembangan full stack dan integrasi Web3. Ia juga aktif di komunitas teknologi seperti UGM Crypto Connect dan sebelumnya menjabat sebagai Ketua BSO Night Login di lingkungan DTETI. Atas pencapaiannya, Giga berhak menerima hadiah senilai 6.000 USD dalam bentuk Ethereum.
UGM-AICare
Platform UGM-AICare yang dapat diakses melalui ugm-ai-care.vercel.app dirancang untuk memberikan dukungan kesehatan mental kepada mahasiswa. Salah satu fitur unggulannya adalah Aika, chatbot berbasis Hybrid AI yang mampu berinteraksi secara natural dan empatik, menyerupai percakapan dengan seorang teman.
Menariknya, UGM-AICare juga mengadopsi gamifikasi berbasis Web3 dengan memanfaatkan EDU Chain. Mahasiswa pengguna platform ini bisa mendapatkan NFT badges lencana digital unik yang disimpan di blockchain dan menjadi bukti pencapaian. Berbeda dengan sistem penghargaan konvensional, NFT ini memberikan kepemilikan penuh (true ownership) dan potensi integrasi di berbagai platform Web3 di masa depan.
“Saat ini tersedia delapan jenis NFT badges yang bisa dikoleksi oleh pengguna, dan akan terus dikembangkan ke depannya. Harapannya, ini bisa menjadi insentif bagi mahasiswa untuk terus terhubung dan berinteraksi dengan platform,” jelas Giga, melansir laman resmi JTEI UGM.
Proyek UGM-AICare juga merupakan bagian dari skripsi yang tengah dikerjakan Giga di bawah bimbingan dosen DTETI FT UGM, Dr. Bimo Sunarfri Hantono, S.T., M.Eng. dan Dr. Ir. Guntur Dharma Putra, S.T., M.Sc. Motivasi utama Giga adalah untuk mengisi kekosongan layanan kesehatan mental di lingkungan kampus.
“Ketika saya mengikuti program pertukaran pelajar ke University of Liverpool, saya melihat bagaimana mereka sangat serius memberikan layanan kesehatan mental bagi mahasiswanya. Hal itu membuka mata saya. Saya merasa UGM belum memiliki layanan serupa yang optimal. Maka dari itu, saya ingin menjadi bagian dari solusi, bukan hanya menunggu perubahan,” ungkapnya.
Tentang EDU Chain Hackathon
EDU Chain Hackathon: Semester 3 merupakan kompetisi tingkat internasional yang menjadi bagian dari seri hackathon dengan total hadiah sebesar 1 juta USD. Diselenggarakan di atas EDU Chain, blockchain Layer 3 berbasis Arbitrum Orbit, kompetisi ini mendorong lahirnya solusi inovatif untuk sektor pendidikan melalui pendekatan decentralized education (EduFi).
Dengan total hadiah senilai 250.000 USD di edisi ini, para pemenang juga mendapat peluang untuk bergabung dalam Open Campus Incubator Program (OC-I), serta menjalin relasi dengan jaringan global inovator pendidikan. Giga bersama para pemenang lainnya dijadwalkan hadir dalam acara puncak secara daring pada 28 Mei 2025 pukul 10.00 WIB, untuk mempresentasikan proyek mereka secara langsung.
Baca Juga:
Tim Mahasiswa UGM Raih Juara Nasional Lewat Inovasi Pakan Ayam dari Buah Naga dan Daun Kelor
Aromatic Book: Inovasi Mahasiswa UGM yang Gabungkan Aroma dan Buku untuk Tingkatkan Daya Ingat
Keberhasilan Giga dalam kompetisi ini bukan hanya kemenangan individu, tetapi juga membawa nama baik UGM dan Indonesia di kancah teknologi internasional. Proyek UGM-AICare menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia mampu menciptakan solusi berbasis teknologi untuk menjawab tantangan nyata, khususnya dalam isu penting seperti kesehatan mental di lingkungan akademik.
Giga juga membuka kesempatan bagi publik, khususnya mahasiswa, untuk mencoba platform UGM-AICare. Ia berharap mendapat masukan langsung dari pengguna, yang akan digunakan sebagai bahan analisis dalam penyusunan skripsi sekaligus pengembangan lanjutan platform tersebut.
“Saya sangat terbuka untuk menerima feedback dari siapa pun yang mencoba platform ini. Masukan kalian sangat berarti,” tutupnya.
(Virdiya/Budis)