BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Guru besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Ririh Yudhastuti memberikan sejumlah tips penanganan limbah hewan kurban agar tidak mencemari lingkungan pada Hari Raya Idul Adha.
Potensi pencemaran dimulai sejak hewan masih hidup. Kotoran dan sisa pakan hewan di pasar atau lapangan terbuka dapat menimbulkan bau tak sedap, bahkan menyebarkan penyakit.
“Kurban bukan hanya soal daging, tapi juga tanggung jawab menjaga kebersihan dan kesehatan bersama,” ujar Ririh melalui keterangan tertulis pada Jumat (6/6/2025).
Menurutnya, hewan kurban harus diberi waktu istirahat minimal dua hari sebelum penyembelihan. Daging hewan diangggap akan lebih baik bila tidak disembelih dalam keadaan stres. Limbah organik seperti darah, usus, dan bagian tubuh yang tidak dikonsumsi harus dikelola dengan baik.
Alih-alih memakai kantong, Ririh menyarankan masyarakat menggali lubang di tanah untuk menimbun limbah tersebut. Limbah kurban bisa ditaburi kapur untuk mengurangi bau dan mencegah penyebaran penyakit oleh lalat.
Kulit hewan yang tidak segera diolah juga dapat menjadi sumber pencemaran. Penyemprotan antiseptik pada kulit dianjurkan agar tidak menarik lalat saat dijemur.
“Jika tidak dikelola dengan baik, limbah bisa menimbulkan bau busuk, mencemari air tanah, dan mengundang hama seperti lalat dan tikus,” kata dia.
Baca Juga:
Panduan Lengkap Tata Cara, Niat dan Doa Menyembelih Hewan Kurban
Setelah proses penyembelihan saat Idul Adha, kata dia, area penampungan harus disemprot antiseptik untuk mencegah bibit penyakit saluran cerna, seperti diare atau tifus, akibat infestasi musca domestica.
Selain soal hewan dan lokasi penyembelihan kurban, para penjagal juga diimbau menjaga kebersihan diri selama dan setelah proses penyembelihan.
Ririh menyarankan bagian tubuh hewan yang tidak dikonsumsi, seperti buntut dan tulang, dikubur atau dikumpulkan secara khusus ke tempat pembuangan.
“Pembakaran limbah tidak disarankan karena dapat mencemari udara,” katanya.
(Anisa Kholifatul Jannah)