BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tidur memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam mendukung berbagai fungsi vital tubuh dan otak. Saat ini, ilmuwan telah menemukan manfaat baru dari tidur delapan jam setiap malam, yaitu membantu kemampuan otak dalam menyimpan dan mempelajari bahasa baru.
Penelitian dari University of South Australia (UniSA) yang dimuat dalam Journal of Neuroscience dengan judul “Slow oscillation-spindle coupling predicts sequence-based language learning” menunjukkan koordinasi dua aktivitas listrik di otak selama tidur dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghafal kosakata baru dan memahami aturan tata bahasa yang rumit.
Eksperimen yang Mengungkap Rahasia Tidur
Dalam eksperimen yang melibatkan 35 orang dewasa penutur asli bahasa Inggris, para peneliti memantau aktivitas otak peserta selama proses pembelajaran bahasa buatan bernama Mini Pinyin. Bahasa ini dikembangkan berdasarkan bahasa Mandarin, namun memiliki aturan tata bahasa yang lebih menyerupai bahasa Inggris.
Setengah dari peserta mempelajari Mini Pinyin di pagi hari dan diuji pada malam harinya. Sementara itu, kelompok lainnya mempelajari bahasa ini pada malam hari dan kemudian tidur di laboratorium, di mana aktivitas otak mereka direkam. Tes ingatan dilakukan pada keesokan paginya.
Pada hasil tersebut menunjukkan peserta yang tidur setelah belajar memiliki performa jauh lebih baik dari mereka yang tetap terjaga. Penemuan ini memberikan bukti kuat tentang pentingnya tidur dalam proses pembelajaran.
Hubungan Tidur dan Kemampuan Linguistik
Peneliti utama, Dr. Zachariah Cross, menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan belajar akibat tidur terkait dengan penggabungan osilasi lambat dan spindel tidur, yaitu pola gelombang otak yang tersinkronisasi selama tidur non-REM (NREM).
“Penggabungan ini mencerminkan transfer informasi yang dipelajari dari hipokampus ke korteks, yang mendukung penyimpanan memori jangka panjang,” ujar Dr. Cross, mengutip Science Daily, Minggu (22/12/2024).
Ia menambahkan, aktivitas saraf setelah tidur menunjukkan pola osilasi theta yang unik, yang berkaitan dengan kontrol kognitif dan konsolidasi memori.
Dr. Scott Coussens, peneliti lain dari UniSA, menegaskan pentingnya tidur dalam mempelajari aturan linguistik yang kompleks.
“Dengan memahami bagaimana proses saraf tertentu selama tidur mendukung konsolidasi memori, kami dapat memberikan wawasan baru tentang dampak gangguan tidur terhadap pembelajaran bahasa,” katanya.
Tidur, menurut Dr. Coussens, bukan sekadar waktu untuk beristirahat, tetapi merupakan keadaan aktif dan transformatif bagi otak.
Implikasi Penemuan bagi Terapi Gangguan Bahasa
Penemuan ini berpotensi besar untuk membantu pengembangan perawatan bagi individu dengan gangguan bahasa, seperti gangguan spektrum autisme (ASD) dan afasia. Biasanya kedua kondisi ini sering berkaitan dengan gangguan tidur yang lebih berat dari populasi umum.
Penelitian pada hewan dan manusia telah menunjukkan bahwa osilasi lambat meningkatkan plastisitas saraf, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi terhadap pengalaman baru dan pemulihan dari cedera.
“Osilasi lambat dapat ditingkatkan melalui metode seperti stimulasi magnetik transkranial, yang dapat mempercepat terapi bicara dan bahasa bagi penderita afasia,” jelas Dr. Cross.
Para peneliti UniSA berencana mengeksplorasi bagaimana dinamika tidur dan terjaga memengaruhi pembelajaran tugas kognitif lainnya di masa depan.
BACA JUGA: Intip 3 Cara Efektif Belajar Ala Elon Musk!
“Memahami cara kerja otak saat tidur memiliki implikasi luas, tidak hanya dalam pembelajaran bahasa, tetapi juga dalam pendidikan, rehabilitasi, dan pelatihan kognitif secara keseluruhan,” ungkap tim peneliti.
Saat ingin meningkatkan kemampuan otak dalam belajar dan mempelajari bahasa baru, Anda perlu memulai habit baru, mulai dari tidur delapan jam pada malam hari. Selamat mencoba!
(Virdiya/Usk)