BANDUNG, SUAR MAHASISWA—
Dunia hari ini terlalu bising bukan hanya oleh suara, tapi oleh ekspektasi-ekspektasi yang dilontarkan tanpa empati. Kita dituntut untuk kuat, ditarik untuk sampai di standar yang bahkan bukan kita yang ciptakan. Semua orang berlomba-lomba menunjukan versi terbaik mereka, tanpa memikirkan siapa yang mungkin tenggelam dibalik layar.
Dan pada titik tertentu, kita lelah. Lelah menjadi “cukup” untuk dunia yang tak pernah puas.
Curug ini, bukan hanya sekedar jatuhnya air dari tebing. Ia adalah diam yang menyembuhkan. Ia adalah ruang pulang, tempat dimana kita bisa meletakkan semua yang berat, semua ambisi yang dipaksa, semua luka yang disembunyikan. Disini, kita nggak harus jadi apa-apa. Cukup hadir. Cukup diam. Cukup bernapas.
Karena kadang, keindahan bukan tentang apa yang kita capai, tapi tentang keberanian untuk berhenti sebentar dan kembali menjadi manusia.
—Maula Agna Fatimah, Universitas Indonesia Membangun