BANDUNG,TM.ID: Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta, Uni Eropa berlaku adil dalam regulasi sawit. Perihal ini, Retno menilai, ASEAN juga peduli dengan kelestarian lingkungan dan pendekatan yang diambil, sehingga haruslah saling membantu.
“Pendekatan bukan menghukum. Saya menekankan bahwa standar one-size fits all (satu ukuran untuk semua-red) tidak dapat diberlakukan,” kata Retno melansir RRI, Minggu (4/2/2024).
Hal itu dikatakannya saat menghadiri pertemuan EU Indo-Pacific Ministerial Forum ke-3 di Brussel, Belgia 1-2 Februari 2024. Menurut Retno, dalam masalah sawit ini jika tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama, maka pilihannya saling bekerja sama dan membantu.
BACA JUGA: PTRI ASEAN Buka Loker Admin, Umur 40 Tahun Bisa Daftar!
“Menghindari isu sustainability (berkelanjutan-res) digunakan untuk alat proteksi di dalam perdagangan,” ujarnya.
Diketahui, industri kelapa sawit Indonesia telah menjadi komoditas andalan ekspor nasional.
Selain itu, terus diakselerasi pemerintah untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2022, Indonesia tercatat mampu memproduksi minyak kelapa sawit sebesar 46,82 juta ton.
Sementara itu, luas perkebunan sawit rakyat mencapai 6,21 juta ha atau 40,51. Tepatnya, dari total luas areal perkebunan sawit di Indonesia pada tahun 2022.
“Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia. Lebih dari 16 juta ton diproduksi oleh petani rakyat,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. beberapa waktu lalu.
(Usk)