BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kenangan kericuhan demo beberapa waktu lalu masih teringat jelas bagi warga di sekitar Jalan Kusumawardani, Kelurahan Peleburan, Semarang.
Asap gas air mata sempat menembus jendela rumah hingga membuat mata perih bahkan di dalam kamar.
“Waktu itu ngeri banget, Mas. Asap gas air mata sampai dalem, mata pedih sampai nangis. Sekarang agak aman, tapi ya tetep cemas,” kata warga RW 5 Kelurahan Peleburan, Arni.
Sejak kejadian itu, setiap kali beredar kabar akan ada aksi demo, warga langsung menutup akses masuk kampung dengan portal.
Para pria bergiliran berjaga di pos ronda, sementara para ibu menyiapkan ember berisi air untuk membasuh wajah. Bahkan, pasta gigi pun turut dibagikan.
“Yang penting bisa tolong-menolong. Ada yang kasih odol, ada yang nyediain air,” kenang Arni.
Meski hari ini Kusumawardani tampak normal, denyut ekonomi belum kembali pulih. Warung-warung tutup lebih cepat, pembeli enggan keluar rumah, dan warga masih berjaga setiap kabar demo berembus.
“Sekarang aman, tapi hati tetep was-was,” kata Arni pelan.
Senada, Nia, pedagang sayur di depan kantor Transmigrasi, merasakan langsung dampak paling berat, yakni perekonomian macet.
“Warung dipaksa tutup jam 1 siang. Cari makan jadi sulit , Mas. Pembeli sepi, jualan lesu,” ujarnya.
Ia sempat iba melihat mahasiswa berlarian terkena gas air mata. “Tak kasih minum, dan pasta gigi seadanya, kasihan,” tambahnya.
Rasa takut dirasakan warga jauh lebih besar dibanding kerugian dagang. Banyak pedagang memilih menutup warung lebih awal agar tidak ikut terseret dalam kericuhan.
“Kalau ada anak STM masuk warung, ya saya usir. Kalau tidak, makin kacau,” ujar Nia.
Lurah Peleburan, Agus Warjito, mengakui keresahan masyarakatnya. Sejumlah kawasan seperti Hayamwuruk, Kusumawardani, hingga Ketanagara Selatan turut terdampak.
Baca Juga:
Gelombang Demo 1 September: DPRD Jabar Jadi Pusat Aksi
29 Sekolah Sekitar Lokasi Demonstrasi di Bandung Terapkan PJJ
“Kami mengingatkan warga agar saling menjaga lingkungan,” jelasnya.
Di balik tenangnya gang-gang kampung, trauma itu masih membekas. Seperti asap yang pernah masuk ke rumah, rasa cemas masih tersimpan di hati warga.
(Virdiya/Budis)