BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah perkembangan teknologi digital yang begitu pesat, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dituntut untuk mampu beradaptasi agar tetap bertahan dan
berkembang.
Transformasi kebiasaan konsumen dalam berbelanja dan melakukan transaksi mendorong UMKM untuk menerapkan inovasi, baik dalam hal pelayanan, sistem pembayaran, maupun strategi pemasaran. Digitalisasi bukan hanya menjadi pilihan, melainkan kebutuhan agar UMKM tidak tertinggal dalam persaingan pasar.
Salah satu contoh nyata adaptasi UMKM terhadap perubahan zaman dapat dilihat dari pengalaman Bapak Wawan, seorang pelaku usaha batagor yang berjualan di kawasan Soekarno Hatta, Kota Bandung.
Dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Mei 2025, beliau menjelaskan berbagai strategi yang diterapkan agar usahanya tetap diminati pembeli di tengah persaingan ketat dan kondisi ekonomi yang fluktuatif.
Kesederhanaan pendekatannya justru menjadi kekuatan utama dalam menarik dan mempertahankan pelanggan. Penggunaan sistem pembayaran digital seperti QRIS merupakan langkah awal penyesuaian yang dilakukan oleh Bapak Wawan.
Meskipun sistem ini memiliki tantangan tersendiri, seperti kebutuhan pencatatan yang lebih rinci, ia menyadari bahwa metode ini mempermudah transaksi, khususnya di saat ramai pembeli.
Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat bantu yang efektif jika digunakan dengan bijak. Strategi diferensiasi produk juga menjadi senjata utama bagi usaha batagor milik Bapak Wawan.
Dengan menyediakan variasi menu seperti tambahan topping baso, mie instan, dan mie ayam, ia memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki pesaing di sekitarnya.
Baca Juga:
Inovasi sederhana ini terbukti ampuh dalam menarik minat konsumen dan membuat dagangan lebih berkesan. Tidak hanya itu, kualitas rasa, pelayanan, dan kenyamanan juga menjadi prioritas.
Dalam usahanya mempertahankan loyalitas pelanggan, Bapak Wawan menyediakan fasilitas seperti meja, kursi, dan minuman gratis, sesuatu yang jarang ditemukan pada pedagang kaki lima lainnya.
Pendekatan ini menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Menghadapi tantangan ekonomi yang sulit, Bapak Wawan mengandalkan prinsip hemat, efisiensi, dan kerja keras.
Ia fokus pada produk yang paling laku, serta mencari bahan baku dengan harga lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas. Strategi bertahan ini mencerminkan ketangguhan UMKM dalam menghadapi tekanan ekonomi dengan solusi kreatif dan realistis.
Keunikan lain dari usaha ini adalah branding yang tercipta secara organik dari pembeli. Meski tidak memiliki nama resmi, pelanggan memberi julukan seperti “BMW” (Batagor Mang Wawan) dan “Batagor JNE” karena lokasinya yang strategis.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kedekatan emosional dengan pelanggan bisa membentuk identitas
merek yang kuat, bahkan tanpa strategi pemasaran formal. Adaptasi Terhadap Teknologi Digital Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan oleh UMKM Batagor milik Bapak Wawan adalah
penerapan sistem pembayaran digital seperti QRIS.
Menurutnya, meski penggunaan QRIS memiliki tantangan tersendiri seperti kebutuhan pencatatan keuangan yang lebih rapi, sistem ini memudahkan transaksi saat ramai pembeli. Konsumen pun kini semakin terbiasa dengan pembayaran non-tunai, sehingga adaptasi ini menjadi langkah penting agar usahanya tetap relevan.
Inovasi Produk Sebagai Pembeda
Di tengah banyaknya pedagang batagor di sekitar lokasi jualannya, Bapak Wawan memilih untuk berinovasi dengan menawarkan menu tambahan. Tidak hanya batagor kering dan kuah, ia juga menyediakan pilihan topping seperti bakso, mie instan, dan mie ayam.
Inovasi ini membuat produk yang ditawarkan terasa lebih lengkap dan menarik, tanpa harus menaikkan
harga secara signifikan. Hasilnya, pelanggan merasa mendapatkan nilai lebih dan lebih tertarik untuk membeli dagangan beliau dibandingkan pesaing lain.
Menjaga Kualitas dan Memberikan Pengalaman
Salah satu nilai jual utama dari UMKM ini adalah konsistensi dalam menjaga rasa, pelayanan, dan kenyamanan pelanggan. Meski hanya berupa gerobak kaki lima, Bapak Wawan menyediakan kursi, meja, bahkan minuman gratis untuk pelanggannya.
Ia percaya bahwa pengalaman saat membeli makanan berpengaruh besar pada loyalitas konsumen. Dengan
pendekatan ini, banyak pelanggan tetap yang memilih untuk datang kembali meski ada penjual lain dengan harga lebih murah.
Strategi Bertahan Saat Ekonomi Sulit
Kondisi ekonomi yang tidak menentu menjadi tantangan yang harus dihadapi semua pelaku usaha, termasuk UMKM. Bapak Wawan menyiasati situasi ini dengan mengurangi pengeluaran yang tidak penting, fokus pada produk yang paling laku, serta mencari bahan baku dengan harga lebih terjangkau tanpa mengurangi kualitas.
Prinsip hemat dan kerja keras menjadi kunci untuk menjaga stabilitas usaha di masa sulit.
Branding dari Pelanggan
Menariknya, usaha batagor ini tidak memiliki nama resmi yang terpampang di gerobak. Namun, pelanggan justru menciptakan identitas sendiri dengan menyebutnya “BMW” (Batagor Mang Wawan) atau “Batagor JNE” karena letaknya yang berdekatan dengan kantor ekspedisi tersebut.
Julukan ini muncul dari hubungan personal yang dibangun Bapak Wawan dengan para pelanggannya. Pendekatan yang hangat dan akrab menciptakan kesan mendalam yang lebih efektif dari sekadar promosi formal.
Penulis:
Universitas Indonesia Membangun (Inaba)
Muhamad Daffa Alasqhori
Abiyyu Robbani
Jericho Sentosa
Alfi Andhika Pratama