Siti Sarah: Wanita Hebat Teladan Muslimah

Siti Sarah istri Nabi Ibrahim AS
(Ilustrasi: Eki/TM)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Umat Islam di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia kembali merasakan hari raya idul adha. Momentum idul adha diisi kaum muslimin dengan melaksanan sholat sunnah idul adha yang diikuti dengan mendengarkan khutbah dari khatib. Hampir dipastikan tema khutbah yang disampaikan seputar kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Siti Sarah, Siti Hajar, atau tentang hikmah haji, hikmah berkurban dan tema atau topik lainnya yang semisalnya.

Sehingga, boleh jadi sebagian dari umat Islam merasa sudah bosan mendengarkan topik khutbah tersebut setiap bertemu dengan idul adha. Namun, karena manusia ini memiliki sifat muda maka perlu untu terus diingatkan supaya senantiasa terbiasa mendengarkan hal-hal yang baik.

Akan tetapi sesungguhnya meskipun kita mendengarkan sebuah pesan yang sama berkali-kali atau berulang-ulang, seringkali kita tetap mendapatkan sesuatu yang baru seolah-olah kita belum pernah mendengarkan pesan tersebut. Tulisan ini bisa jadi juga mengulang topik yang pernah ada yaitu membahas sosok Siti Sarah, namun penulis tetap berharap masih ada hal baru yang bisa diperoleh pembaca.

Biografi Singkat Siti Sarah

Berbicara perjalanan kisah Nabi Ibrahim AS yang agung, maka sesungguhnya juga tidak bisa dilepaskan dari wanita hebat di sampingnya, yakni Siti Sarah. Dari aspek nash (teks) yang ada memang secara kuantiatif, baik pada Al-Qur’an maupun Hadits, nama Ibrahim jauh lebih banyak disebut daripada nama Siti Sarah. Namun itu tidak berarti bahwa sosok Siti Sarah kurang penting. Peran Siti Sarah di samping Nabi Ibrahim justru sangat penting dan strategis.

Dalam buku biografi tentang Siti Sarah berjudul Sarah:Perempuan Penggenggam Cinta yang ditulis oleh Sinta Yudisia pada 2013, Sarah diperkirakan lahir pada tahun 2156 SM, atau 1987 SM, atau 1921 SM. Sarah merupakan sosok wanita cantik putri dari seorang bangsawan yang kaya raya di masanya. Namun meskipun hidup dalam kemewahan hal itu tidak membuat Sarah hidup bermegah-megahan atau berfoya-foya, justru Sarah disebutkan sering melakukan perenungan-perenungan dalam rangka mencari kebenaran dan senang mengungjungi rakyatnya.

Pada usia antara 20 sampai 30 tahun, Sarah menerima lamaran Ibrahim untuk menikah. Sarah menerima Ibrahim karena kagum atas keberaniannya dalam melawan arus dengan membawa ajaran Monotesieme (Tauhid) di tengah kehidupan masyarakat yang pada waktu itu memiliki kepercayaan menyembah berhala patung-patung (paganisme).

Setelah menikah inilah, Sarah menyaksikan dan mengalami secara langsung peristiwa demi peristiwa besar saat berada di samping suaminya Ibrahim, seperti pengusiran suaminya oleh ayahnya sendiri karena telah menolak keyakinan paganisme dan terus mengajaknya ayahnya kepada ajarah Tauhid.

Kemudian peristiwa penghancuran berhala-berhala sesembahan masyarakatnya, hukuman pembakaran suaminya yang akhirnya diselamatkan oleh Allah SWT, hijrah ke Palestina kemudian ke Mesir, menghadapi fitnah rayuan dari seorang raja dzolim Fir’aun, penghancuran kaum Sodom, serta mendapakan kabar gembira dari malaikat secara lansgung mengenai kehamilannya.

Sosok Siti Sarah dalam Al-Qur’an

Nama Sarah memang tidak disebutkan secara eksplitis (langsung) di dalam Al-Qur’an, akan tetapi dalam kata ganti dan terdapat dalam penjelasannya kitab-kitab tafsir para ulama seperti yang kisahnya terdapat pada Surat Hud (11) ayat 69-73.

Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim) menjawab, “Selamat (atas kamu).” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luṭ.” Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak (akan lahir) Yakub. Dia (istrinya) berkata, “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.” (QS Hud: 69-73).

Menurut Tafsir Kemenag, Tafsir Muyassar, dan Tafsir Jalalain, kata istri dalam surat Hud ayat 70-73 itu tidak lain adalah Siti Sarah. Siti Sarah berdiri dan tersenyum setelah mengetahui bahwa orang yang bertamu ke rumahnya itu ternyata adalah malaikat utusan Allah yang berwujud manusia.

Kemudian Sarah menerima kabar gembira dati utusan tersebut bahwa dirinya akan hamil dan melahirkan seorang anak. Tentu saja kabar tersebut membuat Sarah terkejut sehingga ia sempat menyampaikan keraguannya apakah mungkin dirinya yang sudah divonis mandul ditambah sudah berusia tua masih dapat hamil dan melahirkan anak?

Tetapi qodarullah atas kuasa Allah Siti Sarah dapat melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishaq. Dari sosok Ishaq inilah kemudian lahir turunan yang banyak diangkat Allah menjadi Nabi. Inilah hadiah dari Allah SWT atas perjuangan Sarah dalam hidupnya.

BACA JUGA: Khutbah Idul Adha: Komunikasi Antara Nabi Ibrahim dan Ismail

Keistimewaan dan Keutamaan Siti Sarah

Jika melihat dari aspek muasal hadirnya syariat ibadah haji dan kurban, sesungguhnya hal itu bermula dari inisiatif Sarah – atas izin Allah – yang meminta suaminya Ibrahim untuk menikah lagi dengan budaknya saat itu bernama Siti Hajar. Setelah Ibrahim menikah dengan Siti Hajar kemudian terjadilah kisah-kisah lainnya seperti yang sudah diketahui bersama.

Tidak lama pernikahan itu Siti Hajar hamil, melahirkan Ismail, kemudian harus pergi dari rumahnya sampai akhirnya berhenti di sebuah lembah tandus dan gersang. Siti Hajar setelah itu ditinggalkan Ibrahim, mencari sumber air dengan berjalan dari bukit Safa Marwah untuk anaknya Ismail yang pada waktu itu masih bayi. Ketika putranya Ismail beranjak remaja datang perintah Allah untuk disembelih dan atas izin Allah saat Ismail akan disembelih Allah gantikan dengan seekor kambing.

Inisiatif yang diiringi dengan perjuangan tidak mudah menjadikan peristiwa poligami Siti Sarah merupakan poligami pertama di dunia. Dalam mengarungi poligami ini, kita juga dapat menyaksikan fitrah kewanitaan Siti Sarah muncul berupa kecemburuannya yang sangat tinggi kepada Siti Hajar. Bahkan dalam sebuah riwayat begitu cemburunya Siti Sarah kepada Siti Hajar sampai-sampai Sarah bersumpah ingin memotong sebagian tubuh madunya Hajar.

Meskipun hal itu tidak terjadi, namun karena sudah bersumpah maka tindakan tersebut diganti dengan melubangi bagian telinga Hajar yang kemudian hal itu menjadi tanda bahwa Hajar merupakan wanita pertama yang menggunakan anting. Dari sedikit kisah perjalanan hidup yang dapat diceritakan, Siti Sarah memiliki keistimewaan dan keutamaan seperti di antaranya kecantikan, ketangguhan, kekhusyuan, kesabaran, dan keshalihan.

Empat Hal yang Bisa Diteladani Siti Sarah di Era Saat Ini

Dari keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Siti Sarah, banyak hal yang bisa kita semua teladani khususnya bagi kaum Muslimah. Beberapa hal yang bisa kita teladaninya.

Pertama, Memadukan antara Keindahan Penampilan dan Ruhani. Sarah dikenal sebagai wanita tercantik di dunia setelah Siti Hawa. Ibnu Asakir meriwayatkan satu hadits dari Rabi’ah Al-Jurasyi yang berbunyi: Keindahan (ketampanan dan kecantikan) dibagi menjadi dua, satu untuk Yusuf dan Sarah, satu bagian lagi untuk seluruh manusia.

Namun Siti Sarah tidak hanya cantik fisik semata akan tetapi diiringi dengan kecantikan ruhani atau kecantikan batiniah. Inilah yang menjadi salah alasan Nabi Ibrahim memilihnya menjadi istri. Bagi Muslimah ingin tampil cantik tentu sesuatu yang fitrah dari diri manusia, akan tetapi seorang Muslimah jangan hanya fokus kepada kecantikan fisik semata melainkan juga harus memperhatikan kecantikan batin, yang kemudian melahirkan akhlak yang cantik dan mulia.

Kedua, bertindak cerdas. Selain cantik dan shalihah, Sarah juga dikenal sebagai wanita cerdas. Kecerdasan yang dimiliki oleh Sarah ini tentu bukan datang secara tiba-tiba melainkan dari proses belajar yang panjang dan penuh dengan cobaan. Seorang Muslimah tidak boleh bosan dan malas untuk belajar, menuntu ilmu.

Usaha dan kerja keras untuk terus belajar serta diiringi doa in syaa Allah akan menghasilkan kecerdasan. Namun perlu diingat kecerdasan ini bukan diperuntukkan untuk mendzolimi orang lain, melainkan digunakan untuk ketaatan kepada Allah SWT serta memberikan manfaat kepada manusia dan alam semesta.

Ketiga, ketangguhan. Sarah datang dari keluarga bangsawan yang kaya raya, namun ketika menikah dengan Ibrahim, ia harus hidup penuh dengan kesederhanaan. Bahkan sejak menikah, berbagai ujian harus ia hadapi dalam mendampingi tugas-tugas dakwah suaminya. Termasuk ketika harus berhadapan dengan raja yang akan berbuat dzolim kepada dirinya, Sarah dapat menghadapi dengan tegar dan tangguh.

Seorang Muslimah harus memiliki mental yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang dari waktu ke waktu semakin berat. Seorang Muslimah juga harus tangguh ketika menghadapi berbagai kesulitan yang menimpanya serta tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan hidup.

Keempat, sabar dalam menjalani pilihan. Sejak awal ketika memilih menerima pinangan Ibrahim untuk menjadi istrinya, Sarah menyadari bahwa pilihannya ini membawa konsekuensi yang tidak mudah dikemudian hari. Begitu cobaan, ujian, masalah-masalah datang silih berganti, Sarah menghadapi itu semua dengan penuh kesabaran.

Sabar tentu tidak bermakna pasif semata, akan tetapi sabar yang diiringi dengan ikhtiar dan do’a dalam menghadapinya. Setiap kita semua termasuk Muslimah, pada hakikatnya setiap hari harus melakukan pilihan-pilihan dalam hidup ini. Setia pilihan pasti memiliki konsekuensi.

Seringkali terjadi saat ini, ketika seseorang menetapkan pilihan dan menghasilkan konsekuensinya berupa kesenangan maka ia menerima dengan lapang, namun begitu ternyata pilihannya ternyata mendatangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan untuk dirinya ia tidak menerimanya sehingga menimbulkan berbagai persoalan-persoalan. Tidak sedikit justru respon yang dilakukannya berujung kepada keburukan bahkan sampai pada titik putus asa karena pilihannya tidak dijalani dengan kesabaran.

 

Penulis: Adi Permana Sidik, Dosen Universitas Sangga Buana, Awardee LPDP

Editor: Aak

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Paula Verhoeven
Paula Verhoeven Ajak Kiano Bermain di Playground
Rieke Diah Pitaloka
Rieke Diah Pitaloka Desak KPPU Rilis Data Impor Gula 10 Tahun Terakhir
Metode belajar matematika anak paud
Seperti Apa Metode Belajar Matematika untuk Anak PAUD?
Eks Asisten Paula
Eks Asisten Bongkar Tabiat Paula Verhoeven Soal Bon Belanja
Direktur Utama (Dirut) PT LEN Industri (Persero) Bobby Rasyidin, Mobil Maung Pindad
5.000 Unit Mobil Maung Ditarget Rampung Akhir Tahun Ini
Berita Lainnya

1

Cek Fakta : Kloning Babi dan Sapi di China?

2

Sampah Makanan Bergizi Gratis akan Diolah jadi Pupuk

3

Bikin Macet, Paku Bumi Jatuh di Jalan Buah Batu - Soekarno Hatta Bandung

4

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

5

CSIIS Ungkap Tom Lembong Penghancur Industri Gula Nasional
Headline
AMSI Jabar Pelatihan Cek Fakta 1
Amsi Jabar Gelar Pelatihan Cek Fakta, Hindari Menguatnya Mis-informasi Jelang Pilkada
Jorge Martin Kuasai Sirkuit Phillip Island
Jadi yang Tercepat di Sirkuit Sepang, Jorge Martin OTW Juara MotoGP 2024
timnas Indonesia
27 Pemain Timnas Indonesia Dipanggil Jelang Laga Versus Jepang dan Arab Saudi, 2 Pemain Absen
Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat
BMKG Sebut Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat