BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Meski memiliki judul yang serupa, kedua film ini ternyata memiliki jalan cerita yang berbeda. Selain itu, kedua film Malam Satu Suro ini tidak memiliki keterkaitan satu sama lain.
Film pertama rilis pada 1988 disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Sementara, film Malam Satu Suro kedua yang diperankan oleh Citra Kirana merupakan film garapan Anggy Umbara. Film ini rilis pada tahun 2019 lalu.
Sinopsis Malam Satu Suro 1988
Film Malam Satu Suro yang diperankan mendiang Suzanna menceritakan tentang arwah penasaran seorang wanita bernama Suketi yang menjelma sundel bolong. Suketi bangkit dari kematian setelah hidup kembali oleh dukun Ki Rengga (Soendjoto Adibroto).
Ki Rengga membangkitkan Suketi karena ia sangat ingin memiliki anak angkat. Kehidupan Ki Rengga bersama Suketi berjalan normal seperti ayah dan anak di pedesaan. Keadaan berubah sejak kedatangan seorang pemuda asal Jakarta bernama Bardo Ardiyanto.
Bardo jatuh cinta sejak pertama kali melihat Suketi. Mengetahui Suketi juga menyukainya, Bardo meminta izin kepada Ki Rengga untuk menikahinya. Ki Rengga menyetujui pernikahan Suketi dengan Bardo asalkan dengan satu syarat. Pernikahan keduanya harus pada malam satu suro. Selain itu, pernikahan Bardo dan Suketi digelar di tengah hutan.
Pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia berubah menjadi tragedi saat rahasia kelam Suketi terungkap. Suketi, yang merupakan sundel bolong, harus berjuang melawan insting arwahnya yang mulai menguasainya.
Sinopsis Malam Satu Suro 2019
Sinopsis film Malam Satu Suro yang rilis tahun 2019 menceritakan tentang pasangan muda bernama Adinda (Citra Kirana) dan Bayu (Nino Fernandez). Keduanya baru saja pindah ke daerah terpencil.
Adinda yang saat itu tengah hamil besar kerap mendapat gangguan dari makhluk halus penunggu rumah. Sementara saat itu sang suami tengah bekerja di daerah dekat kota. Cerita berlanjut ketika Adinda melihat sebuah pasar yang menjual banyak bunga melati. Penjual di pasar itu mengatakan bahwa sebentar lagi malam satu suro.
Sontak Adinda merasakan kontraksi hebat pada saat itu. Bayu langsung membawa sang istri ke rumah sakit terdekat. Dokter yang ada di rumah sakit itu mengatakan bahwa Adinda harus segera melahirkan. Sebagai suami Bayu kembali ke rumah untuk membawa kebutuhan Adinda. Namun saat kembali ke rumah sakit, Bayu hanya melihat bangunan kosong tidak berpenghuni.
Masyarakat sekitar mengatakan rumah sakit itu sudah kosong selama 15 tahun lamanya. Adinda terjebak di dalam rumah sakit itu. Bayu berusaha mencari cara untuk menyelamatkan istrinya, namun gangguan dari makhluk halus semakin intens dan menyeramkan. Konflik puncak terjadi saat Bayu menemukan rahasia di balik rumah sakit yang sudah lama ditinggalkan itu, dan perjuangan mereka untuk keluar dari situasi mencekam tersebut.
BACA JUGA: 4 Tradisi Satu Suro di Jawa yang Dianggap Sakral
Kedua film ini memiliki elemen horor yang kuat, namun pendekatannya berbeda. Film pertama lebih fokus pada legenda urban sundel bolong. Sedangkan film kedua mengambil pendekatan yang lebih modern dengan latar cerita di sebuah rumah sakit berhantu.
(Kaje/Budis)