JAKARTA, TEROPONGMEDIA,ID — Pabrik sepatu Bata milik PT Sepatu Bata Tbk harus menutup pabrik di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Bata resmi gulung tikar setelah 30 tahun lamanya produksi, sejak tahun 1994 akibat kerugian.
Sebelum mengakhiri produksi di pabrik Purwakarta, merk asal Republik Ceko itu sempat menjual kantor operasional yang berada di Jakarta pada Maret lalu.
Berdasarkan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen menjual Graha Bata sebagai kantor pusat, yang tepatnya terletak di Cilandak, Jakarta Barat. Nilai jual dikatksir mencapai Rp64 miliar. Tempat itu dijual terdiri dari tanah dan bangunan.
BACA JUGA: Lebih dari 200 Karyawan Sepatu Bata Kena PHK
Rinciannya, terdiri dari luas keseluruhan bangunan sebesar 4.239,43 m2, yang berdiri di atas tanah seluas 1.993 m2. Sedangkan pembeli gedung yang digunakan sebagai kantor pusat dan administrasi BATA adalah PT Simatupang Jaya Realty (SJR).
Manajemen menerangkan, bahwa apa yang dilakukan pihaknya untuk memperkuat finansial perseroan dengan melunasi sebagian pinjaman berbungan dan mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan pengelolaan properti.
Dengan demikian, alokasi dana dari keuntungan perseroan dapat mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.
“Penjualan aset ini bertujuan untuk efisiensi dan minimalisasi risiko atas aset yang kami nilai kurang produktif dan tidak memberikan kontribusi maksimal bagi Perseroan,” jelas manajemen Bata dalam laporannya, dikutip Senin (6/5/2024).
Sebelum menjual, Bata berencana menyewakan ruangan sisa gedung. Namun, hal itu terhambat lantaran penyewa melihat kondisi ruangan tidak sesuai preferensi.
Diberitakan sebelumnya, Corporate Secretary Bata, Hatta Tutuko mengungkapkan, bahwa penutupan pabrik dilakukan pada tanggal 30 April 2024.
Selama empat tahun terakhir, PT Sepatu Bata Tbk telah berusaha mengatasi kerugian dan tantangan industri, terutama akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang cepat.
Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Permintaan pelanggan terhadap produk yang diproduksi di pabrik Purwakarta terus menurun, sementara kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang dapat diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.
“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia,” tulis Hatta dalam keterangannya.
“Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta,” tambahnya.
Untuk dikeatahui, merek legendaris itu telah menelan kerugian sebesar Rp80,65 miliar pada periode Januari hingga September 2023, meningkat 294,76% dibandingkan dengan kerugian Rp20,43 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penjualan bersih Perseroan juga tercatat turun 0,42% menjadi Rp488,47 miliar pada periode yang sama tahun 2023, dari Rp490,57 miliar periode yang sama tahun 2022.
(Saepul/Budis)