JAKARTA,TM.ID: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, potensi wisata belanja Indonesia yang terpusat di Jakarta terancam dengan kualitas udara yang buruk. Menurut ia, Jakarta sebagai pintu kedua masuknya wisatawan mancanegara (wisman) setelah Bali.
“Kalau bicara wisata shopping itu adalah Jakarta, tapi kualitas udara kita, ini terburuk,” kata Sandiaga di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Sandiaga Uno pun menyatakan, kualitas udara Jakarta yang buruk, selain mengancam kesehatan, tapi dapat berpengaruh juga terhadap kunjungan wisatawan dan pergerakan ekonomi. Pemerintah juga berupaya untuk menurunkan polusi udara di DKI.
“Makanya, kita sekarang secara jangka pendek akan melakukan modifikasi cuaca. Kita juga akan secara fundamental ubah cara hidup kita yang tadinya semua naik mobil berbahan bakar fosil, kita arahkan ke bahan bakar listrik,” katanya.
BACA JUGA: Jokowi Alami Batuk 4 Minggu Terakhir Akibat Udara Buruk Jakarta
Kunjungan Wisman ke Indonesia
Selain itu, Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa pemerintah sebelumnya menetapkan target kunjungan wisman sebanyak 8,5 juta pada tahun ini. Namun, ia merasa optimis bahwa tantangan yang dihadapi sekarang tidak akan menghentikan laju pertumbuhan sektor pariwisata. Dengan keadaan yang terus bergerak, ia percaya bahwa angka tersebut dapat meningkat sebesar 20-25 persen.
“Di Kemenparekraf, kami memberikan arahan kepada pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Kami telah merevisi target sebanyak dua kali, dan kini angka terbaru berada di 8,5 juta. Sepertinya kita berada sekitar 20-25 persen di atas target yang paling optimis. Jika target optimis adalah 8,5 juta, namun kami melihat potensi angka kunjungan wisman akan mencapai 10 juta pada tahun ini, insya Allah,” ujar Sandiaga.
Mantan Gubernur DKI itu juga mengimbau, pelaku industri pariwisata untuk mempersiapkan diri dengan baik. Menurut ia, layanan dan produk yang berkualitas harus siap disajikan kepada para wisatawan. Ia menegaskan bahwa kunjungan wisman harus memberikan dampak yang positif, bukan hanya sebatas melihat-lihat.
“Kami tidak ingin wisatawan datang hanya sebagai ‘rohali’, yaitu rombongan yang sekadar melihat-lihat, atau ‘rohana’, yaitu rombongan yang hanya bertanya-tanya. Kami ingin mereka datang sebagai ‘rojali’, rombongan yang menjelajahi tempat-tempat menarik sambil berbelanja produk-produk ritel modern Indonesia. Sebagai ritel modern, mereka juga harus menjadi ‘rogana’, rombongan yang memahami nilai-nilai produk tanpa harus melakukan tawar-menawar,” pungkasnya.
(Budis)