JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Video promosi wisata Afghanistan yang bereda luas di media sosial, menimbulkan kehebohan jagat maya.
Sebab, video berdurasi 50 detik itu, menyasar turis asal Amerika Serikat. Rekaman yang dibuat oleh operator tur lokal, Raza Afghanistan, dibuka dengan adegan yang sarat komedi tetapi mengerikan dengan situasi penyanderaan, sebelum beralih menampilkan keindahan alam Afghanistan seperti danau, pegunungan terjal, aktivitas luar ruangan, serta senjata dan kendaraan tempur.
Peluncurannya disebut-sebut bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli.
Dalam keterangannya, unggahan tersebut menyertakan kalimat yang berbunyi, “Pegunungan Afghanistan siap dan kuat untuk menerima sebagian besar dari kita,” lengkap dengan emoji bendera AS dan elang botak, ikon kebanggaan nasional Negeri Paman Sam.
Adegan pembuka video seakan mengingatkan pada cuplikan eksekusi sandera oleh Taliban. Tiga orang berkerudung tampak berlutut di tanah, sementara seorang pria bersenjata dengan nada mengancam menyampaikan pesan, “Kami punya satu pesan untuk Amerika.”
Namun, adegan itu mendadak berubah ketika salah satu tudung dibuka, memperlihatkan pria yang tersenyum dan mengacungkan jempol sambil berkata, “Selamat datang di Afghanistan!”
Setelah itu, suasana berubah drastis menjadi montase promosi penuh warna: senapan, tank, truk dengan pejuang bersenjata, berenang di tepi danau dengan senjata serbu, hingga wisatawan Barat yang menikmati hidangan khas Afghanistan di bawah tenda-tenda tradisional.
Salah satu cuplikan menunjukkan seseorang memeriksa senapan bertuliskan “Milik Pemerintah AS” sambil berseloroh, “Bahkan ini saja tidak aman.”
BACA JUGA:
Viral Kasus WNI di Jepang, Influencer Neojapan: “Kalau Bikin Ulah, Saya Usul Dideportasi”
Viral Surat Permintaan Istri Menteri UMKM Ingin Didampingi Dubes Eropa, Menyalahi Kewenangan?
Di sisi lain, awal bulan ini Rusia menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di Afghanistan. Tak lama setelah pengakuan diplomatik itu, muncul laporan media yang menyebut perusahaan wisata asal Rusia mulai menawarkan paket tur ke Afghanistan yang kini dikuasai oleh Taliban.
Paket perjalanan yang dimaksud dikabarkan berdurasi satu minggu dengan biaya sekitar 235.000 rubel atau sekitar USD3.000, dan direncanakan mulai diberangkatkan pertengahan Juli.
Akan tetapi, informasi ini dibantah oleh Aleksan Mkrtchyan, Wakil Presiden Aliansi Agen Perjalanan Rusia. Ia menyatakan bahwa wisata massal ke wilayah yang kini disebut sebagai Emirat Islam masih belum mungkin dilakukan karena alasan keamanan.
Meski demikian, Mkrtchyan mengakui bahwa perjalanan individu ke Afghanistan bisa saja dilakukan, asalkan wisatawan bersedia menanggung seluruh risiko secara pribadi.
(Saepul)