BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah perbukitan hijau Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, berdiri sebuah bangunan tua yang tidak hanya kokoh secara fisik, tapi juga secara makna. Ia dikenal sebagai Rumah Adat Cikondang, saksi bisu dari kearifan arsitektur tradisional Sunda yang masih bertahan di era modernisasi.
Berbeda dari rumah-rumah modern yang kini mendominasi kawasan Pangalengan, Rumah Adat Cikondang tetap setia pada bentuk aslinya: atap julang ngapak, dinding bilik bambu, dan tiang-tiang kayu yang ditanam langsung ke tanah.
Tak hanya menjadi penanda waktu, rumah ini juga menjadi simbol perlawanan budaya terhadap arus homogenisasi pembangunan.
Nama “Cikondang” sendiri berasal dari pohon kondang yang dulunya tumbuh di sekitar kawasan tersebut. Rumah ini dipercaya dibangun pada abad ke-19 dan kini dijaga serta diwarisi oleh tokoh adat setempat.
Dalam penelitian Khairunniza & Handani (2024), rumah ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan pusat kehidupan spiritual, sosial, dan ekologis masyarakat adat Cikondang.
Setiap elemen rumah memiliki makna filosofis, mulai dari struktur atap yang melambangkan perlindungan alam, hingga bentuk bangunan yang harmonis dengan kontur tanah.
Keunikan rumah adat ini juga terletak pada fungsi sosialnya. Ia menjadi tempat musyawarah adat, pusat kegiatan budaya, hingga pelaksanaan ritual keagamaan yang diwariskan secara turun-temurun.
Dalam setiap perayaan adat seperti “Mapag Sri” atau sedekah bumi, rumah ini menjadi titik pusat kegiatan yang menyatukan warga.
Namun demikian, keberadaan Rumah Adat Cikondang tak luput dari tantangan. Laju urbanisasi, minimnya regenerasi tokoh adat, serta kurangnya pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai tradisi menjadi ancaman nyata.
Menurut Sudriamunawar et al. (2020), pelestarian rumah adat ini memerlukan strategi pengembangan wisata berbasis budaya yang tidak hanya mengejar aspek ekonomi, tapi juga menekankan pada edukasi dan partisipasi komunitas lokal.
Upaya pelestarian pun mulai dilakukan, meski belum merata. Beberapa komunitas pemuda dan akademisi mulai mengembangkan program edukasi berbasis budaya Sunda dengan menjadikan Rumah Adat Cikondang sebagai media belajar.
Pemerintah daerah pun mulai melirik potensi rumah ini sebagai bagian dari pengembangan wisata budaya berkelanjutan, dengan syarat tetap menjaga otentisitas dan nilai spiritualnya.
BACA JUGA
Makna di Balik Arsitektur Rumah Panggung Kampung Adat Sinar Resmi
Kampung Adat Miduana: Destinasi Wisata Edukasi dan Religi di Cianjur Selatan
Meski sunyi dari sorotan media dan tak semegah destinasi wisata lain di Bandung, Rumah Adat Cikondang menyimpan kekayaan narasi yang layak diangkat.
Ia adalah rumah yang bukan hanya dihuni manusia, tapi juga ditempati oleh nilai-nilai luhur yang tumbuh dari bumi Sunda.
Di tengah dunia yang semakin seragam, rumah ini berdiri sebagai pengingat: bahwa keberagaman bukan untuk dihapus, melainkan untuk dirawat dan dihargai.
Sumber: Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi-JIMIA, Tsaqifa Nusantara: Jurnal Pembelajaran dan Isu-Isu Sosial
(Daniel Oktorio Saragih/Magang/Aak)