JAKARTA, TM.ID: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kedatangan Mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia, Rizal Ramli, Senin (21/8/2023).
Rizal Ramli bersama Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien dan tokoh lainnya terlebih dahulu berkumpul di kediamannya yang terletak di Jalan Bangka IX, Kemang, Jakarta Selatan.
“Hari ini kumpul tokoh-tokoh nasional yang track recordnya jelas. Puluhan tahun memperjuangkan demokrasi, puluhan tahun memperjuangkan pemerintahan Indonesia yang bersih, memperjuangkan keadilan,” ungkap Rizal Ramli.
Alasan Rizal mendatngi KPK supaya lembaga antirasuah itu secara benar bisa memberantas korupsi. Dia menilai semakin hari kelakuan para enjahat koruptor mengganas.
BACA JUGA: KPK Periksa Windy Idol soal Aliran Uang dari Hasbi Hasan
“Karena korupsi zaman Jokowi lebih brutal, lebih ganas dari zaman orde baru. Termasuk nepotisme,” ungkap Rizal.
USai berjalan selama 25 tahun reformasi, Rizal menilai semuanya masih seperti jalan di tempat. Padahal kata dia pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) adalah cita-cita orde baru.
“Kami gak ingin, masa 25 tahun reformasi kita ngomongin anti KKN. Gak lucu banget sebagai bangsa. Kita tidak ingin dua puluh tahun lagi atau 25 tahun lagi ngomongin KKN lagi. Gimana Indonesia mau maju?” kata dia.
Rizal memberikan contoh negara Korea Selatan yang maju, karena berani mengambil tindakan tegas dalam menghukum para koruptor.
“Contohnya di Korea, tiga mantan presiden, jenderal diadili karena korupsi, satunya sipil, perempuan anaknya Park Chun Hae diadili karena korupsi. Hari ini di Korea, pejabat tidak ada berani korupsi, nggak berani ngacau-ngacau soal uang negara. Mereka betul-betul mengabdi untuk kemajuannya bangsa dan rakyatnya,” jelas Rizal.
BACA JUGA: Polri Pastikan Buronan KPK Harun Masiku Belum Pindah Kewarganegaraan
Rizal mengatakan, saat ini Indonesia terlalu banyak oknum bukan untuk menegakkan UUD 45, tapi malah merusak cita-cita bangsa.
“Indonesia hari ini kebanyakan oknum, partai bukan menegakkan UUD 45 tapi malah merusak pelaksanaan dan cita-cita kemerdekaan,” kritik Rizal.