BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Paruh pertama MotoGP 2025 menjadi ujian berat bagi Yamaha. Meski mengalami peningkatan dari musim sebelumnya, performa mereka masih jauh dari harapan.
Kini, keempat pembalap dari tim pabrikan maupun satelit telah menyuarakan satu suara soal akar permasalahan motor YZR-M1 memberikan harapan baru untuk pengembangan di paruh musim kedua.
Yamaha memulai musim 2025 dengan sinyal positif. Fabio Quartararo berhasil merebut empat pole position dan naik podium dua kali. Namun, inkonsistensi performa saat balapan tetap menjadi kendala utama yang belum teratasi.
“Kualifikasi kami jauh lebih baik dari ekspektasi. Namun untuk balapan, terutama lima lap pertama, kami berharap lebih. Ini paruh musim yang sulit, dan saya harap bisa ada perbaikan di separuh musim berikutnya,” ujar Quartararo.
Setelah menyelesaikan 12 seri, Yamaha saat ini berada di posisi terakhir klasemen konstruktor, dengan catatan race pace yang belum mampu bersaing dengan pabrikan lain.
Quartararo sendiri masih menempati posisi ke-9 klasemen pebalap, hanya terpaut tujuh poin dari Johann Zarco (LCR Honda), yang telah mencatatkan satu kemenangan musim ini.
Masalah paling krusial disebut terletak pada kendala ban di awal balapan dan tenaga mesin yang tertinggal, dua faktor yang membuat YZR-M1 kesulitan menyalip maupun mempertahankan posisi saat lomba berlangsung.
Sementara itu, Alex Rins, rekan satu tim Quartararo, mengalami musim yang lebih sulit. Hasil terbaiknya sejauh ini adalah finis ke-10 di GP Jerman, dan ia kini berada di urutan ke-18 klasemen, tertinggal 60 poin dari Quartararo.
Baca Juga:
Yamaha Beberkan Kesiapan Mesin V4 di MotoGP
Namun, Rins melihat sinyal positif dari sisi komunikasi internal. Menurutnya, Yamaha kini mendapatkan masukan yang konsisten dari seluruh pebalapnya, baik dari tim pabrikan maupun satelit.
“Yamaha tahu masalah yang kami rasakan. Empat pebalap kami cukup sejalan dalam memberikan masukan. Mereka harus bekerja keras, dan kami juga tidak akan menyerah,” ujar Rins.
Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama dan kesabaran dalam menghadapi tantangan ini.
“Ada cara mudah untuk menerima situasi, tapi itu bukan cara saya berpikir. Mari kita tetap bersama dan terus bekerja,” ujarnya.
Tekanan besar kini mengarah ke Yamaha, terutama mengingat kontrak Fabio Quartararo akan berakhir pada akhir musim 2026.
Jika tidak mampu memberikan motor yang kompetitif, mereka berisiko kehilangan sang juara dunia 2021, yang akan berstatus bebas transfer pada 2027.
Dengan paruh kedua musim segera dimulai, Yamaha dituntut untuk melakukan perubahan signifikan. Konsistensi masukan dari keempat pebalap bisa menjadi modal penting untuk menyusun arah pengembangan yang lebih fokus dan tepat sasaran.
MotoGP 2025 masih menyisakan banyak peluang, dan Yamaha masih punya waktu, meski tidak banyak untuk membalikkan keadaan.
(Budis)