BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – US Open selalu menghadirkan kisah besar, dan tahun ini panggung itu mempertemukan dua lintasan karier yang berbeda. Emma Raducanu, juara sensasional edisi 2021, akhirnya kembali mencatat kemenangan di Flushing Meadows setelah empat tahun, menyingkirkan Ena Shibahara hanya dalam 62 menit.
Namun, perjalanan Raducanu baru benar-benar diuji di babak kedua. Lawan berikutnya bukan nama besar, melainkan Janice Tjen, qualifier asal Indonesia yang tengah menorehkan kisah sendiri.
Bagi Raducanu, kemenangan atas Shibahara menghapus paceklik panjang di New York sejak gelar historisnya empat tahun lalu. Kala itu, berusia 18 tahun, ia menjadi qualifier pertama yang menjuarai Grand Slam di Open Era. Tetapi, jalan setelahnya tidak mudah. Cedera, inkonsistensi, dan sorotan media membuat kariernya naik-turun.
Di sisi lain, Janice Tjen justru baru merangkak naik. Hanya lima bulan lebih tua dari Raducanu, ia mengawali musim 2025 dari peringkat 449 dunia.
Namun, dengan 59 kemenangan sepanjang tahun ini, Tjen berhasil meroket ke peringkat 150 dunia dan mencatat sejarah sebagai petenis Indonesia pertama yang menang di nomor tunggal Grand Slam sejak 2003, usai menumbangkan unggulan ke-24, Veronika Kudermetova.
Kisahnya semakin menarik karena Raducanu ternyata sempat menjadi sosok inspirasi bagi Tjen.
“Ketika Emma memenangkan Grand Slam, saya masih kuliah dan cedera. Melihatnya saja sudah menginspirasi saya. Emma sangat besar, semua orang di rumah menyayangi Emma,” kata Tjen melansir WTA, Selasa (26/8/2025).
Kini keduanya bertemu di lapangan. Raducanu datang dengan beban untuk membuktikan dirinya bisa kembali bersinar, sementara Tjen datang tanpa beban, hanya dengan keyakinan dan energi dari kebangkitan karier yang baru dimulai.
Baca Juga:
Comeback! Emma Raducanu Bikin Geger Miami Open 2025
Tidak sedikit yang membandingkan gaya bermain Tjen dengan mantan petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty, sebuah pujian besar bagi petenis 23 tahun itu.
“Saya banyak mendengar hal itu, dan ya, dia panutan saya. Saya berusaha memahami permainan Barty, meniru hal-hal yang bisa bekerja baik untuk saya,” ucapnya.
Dengan kemenangan besar atas Kudermetova dan potensi naik ke peringkat 126 dunia, Tjen sudah menorehkan sejarah.
Namun, menghadapi Raducanu, ia punya kesempatan menulis bab yang lebih besar lagi, kisah kejutan baru di panggung yang sama di mana Raducanu dulu mencetak sejarah sendiri.
(Budis)