BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Para petani di Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tengah menghadapi masalah serius. Tanaman mereka diserang gerombolan monyet liar yang turun ke area persawahan dan perkebunan warga.
Tidak hanya padi yang masih muda, sejumlah tanaman lain seperti pisang, singkong, jagung, hingga sayuran juga menjadi sasaran. Serangan satwa liar ini membuat petani khawatir panen kali ini akan gagal total. Situasi diperparah dengan kehadiran babi hutan yang ikut merusak lahan pertanian.
Serangan Monyet Makin Parah
Suryo, seorang petani Margaharja, mengaku serangan kali ini jauh lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Serangan monyet ini sebenarnya sudah lama terjadi, tapi tahun ini paling parah,” ungkap Suryo mengutip dari fokusjabar, Selasa (26/8/2025).
Ia menuturkan, biasanya dalam sekali panen dari lahan seluas 100 bata mampu menghasilkan sekitar 500 kilogram gabah kering. Namun, Suryo pesimistis hasil panen tahun ini bisa menyamai capaian sebelumnya lantaran serangan monyet liar semakin intens.
Baca Juga:
Indonesia Menang Sengketa Biodiesel di WTO, Desak Uni Eropa Hapus Bea Masuk Imbalan
Miris Kasus Penjualan Anak, Agung Yansusan Ingatkan Pentingnya Peran Aparat Desa hingga RT
Upaya Solusi dari Pemerintah Desa
Kepala Desa Margaharja, Warto, membenarkan adanya gangguan satwa liar yang meresahkan warganya. Menurutnya, turunnya monyet liar ke lahan pertanian diduga dipicu oleh berkurangnya sumber makanan di habitat aslinya.
“Serangan monyet liar ini memang sudah berlangsung lama dan sangat merugikan petani,” ujar Warto.
Sebagai langkah solusi, pemerintah desa berencana melakukan penghijauan di kawasan hutan sekitar persawahan. Rencananya, akan ditanam pohon buah-buahan agar satwa liar tidak lagi mencari makan di lahan pertanian warga.
“Rencana kami, menanam pohon buah di hutan agar monyet tidak lagi menyerang lahan warga. Namun, kami berharap ada bantuan bibit dari instansi terkait. Kalau soal tenaga kerja, warga kami siap,” jelasnya.
Petani Margaharja kini menanti perhatian dari pemerintah daerah maupun dinas terkait agar masalah ini bisa segera teratasi, sehingga hasil panen warga tidak terus-menerus terancam.
(Hafidah Rismayanti/Aak)