BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Human Metapneumovirus (HMPV) baru-baru ini menjadi perhatian serius dalam dunia medis. Virus yang telah lama ini kembali menjadi sorotan publik, karena anak-anak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Terkait hal ini, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari menguraikan karakteristik HMPV serta langkah-langkah pencegahannya.
Asal Usul dan Karakteristik HMPV
Dr. Atoillah, yang akrab disapa Ato’, menjelaskan HMPV berasal dari keluarga Paramyxoviridae, kelompok virus yang sama dengan penyebab campak dan gondong.
“Berbeda dengan SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, HMPV tidak memiliki tingkat fatalitas yang serupa dan biasanya tidak menyebabkan gejala yang parah, kecuali pada individu dengan sistem imun yang sangat lemah,” jelasnya, mengutip laman Unair, Rabu (15/1/2024).
Ia juga menambahkan, meskipun virus ini menular melalui saluran pernapasan, dampak kerusakan jaringan paru-paru akibat HMPV jauh lebih ringan dibandingkan Covid-19.
Menurut Ato’, kasus HMPV ditemukan secara rutin, terutama di negara dengan sistem surveilans genomik yang baik.
“Virus ini sering muncul setiap tahun, terutama pada musim dingin, dengan tingkat kematian yang rendah. Jika ditemukan di Indonesia, situasinya kemungkinan serupa,” paparnya.
Namun, Ato’ menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
“Kedua kelompok ini lebih rentan karena imunitas mereka lebih lemah dibandingkan kelompok usia produktif,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pada balita, infeksi HMPV berisiko berkembang menjadi pneumonia atau radang paru-paru yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Strategi Pencegahan Penularan
Untuk mencegah penularan HMPV, Ato’ menyarankan beberapa langkah sederhana namun efektif. “Hindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala batuk, pilek, atau demam. Gunakan masker di tempat ramai, jaga pola tidur yang cukup, serta konsumsi protein yang memadai,” sarannya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya menjaga jarak dari individu yang sedang sakit untuk meminimalkan risiko penyebaran.
Ato’ juga menyoroti tingginya mobilitas internasional sebagai salah satu faktor yang memengaruhi penyebaran HMPV di Indonesia. Oleh karena itu, ia mendorong penerapan sistem surveilans dan pelaporan Influenza-like Illness (ILI) sebagai langkah deteksi dini.
“Surveilans dan sistem pelaporan ILI dapat menjadi alat penting untuk mendeteksi kasus lebih awal, meskipun tidak spesifik untuk HMPV,” ujarnya.
Meskipun potensi HMPV menjadi wabah global tetap ada, Ato’ memastikan bahwa tingkat kematian akibat virus ini masih tergolong rendah. Namun, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pencegahan dan deteksi dini.
“Tidak perlu panik. Sebagian besar kasus HMPV merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuh terjaga,” tegasnya. Ia juga mengimbau masyarakat untuk segera mengambil tindakan pencegahan yang tepat agar risiko infeksi dapat diminimalkan.
BACA JUGA: Berapa Lama Masa Inkubasi Virus HMPV?
Dengan langkah-langkah pencegahan yang sederhana dan penerapan sistem deteksi dini, saran dari pakar epidemiologi UNAIR, ancaman HMPV dapat dikelola dengan baik, sehingga tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.
(Virdiya/Usk)