CIREBON, TEROPONGMEDIA.ID — Sega Jamblang atau Nasi Jamblang kini telah menjadi ikon kuliner khas Cirebon, Jawa Barat. Namun jika menelisik sejarahnya, nasi jambalng identik dengan penderitaan masyarakat Cirebon pada masa penjajahan Belanda.
Nasi Jamblang dikenal dengan pembungkus daun jati dan sistem penyajian prasmanan yang unik. Asal usul nama kuliner ini merujuk pada Desa Jamblang di Kabupaten Cirebon, tempat awal mula para pedagang menjajakannya.
Meski menggunakan nama buah jamblang, makanan ini sama sekali tidak mengandung atau berkaitan dengan buah tersebut.
Sejarah mencatat, Nasi Jamblang awalnya dibuat untuk para pekerja paksa (rodi) zaman Belanda yang membangun Jalan Raya Daendels (1808-1811).
Jalan Raya Daendels ini dibangun sepanjang 1.000 kilometer dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Cirebon.
Pemilihan daun jati sebagai pembungkus bukan tanpa alasan, karena daun ini membuat nasi lebih awet dan tetap pulen dibanding daun pisang.
Menu yang ditawarkan beragam dengan harga terjangkau, mencerminkan asal-usulnya sebagai makanan para buruh pelabuhan dan kuli angkut. Beberapa hidangan andalannya antara lain:
- Sambal goreng
- Tahu sayur
- Paru-paru (pusu)
- Semur hati/daging
- Balakutak hideung (sotong kuah hitam khas)
Yang menjadi ciri khas utama adalah Balakutak hideung – hidangan cumi atau sotong berkuah pekat hitam dari tinta, mirip rawon versi seafood.
Kini, Nasi Jamblang tak hanya menjadi makanan rakyat, tetapi juga kuliner wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon. Warung-warung legendaris seperti Sega Jamblang Mang Dul dan H. Omah tetap mempertahankan cita rasa autentik sejak puluhan tahun lalu.
Fakta Singkat Nasi Jamblang:
- Dibungkus daun jati
- Sistem prasmanan
- Harga terjangkau
- Menu beragam
- Ikon: Balakutak hideung
Festival Nasi Jamblang 2025: Promosi Budaya dan Kuliner Lokal
Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, secara resmi membuka kegiatan Cirebon Heritage Run dan Festival Nasi Jamblang pada Minggu (6/7/2025).
Acara yang menjadi bagian dari perayaan Hari Jadi Cirebon ke-598 ini sekaligus memperingati Hari Bhayangkara.
Lebih dari 1.500 pelari dari berbagai daerah, termasuk Jakarta dan Bandung, turut memeriahkan lari santai yang melewati situs-situs bersejarah Kota Cirebon.
“Antusiasme peserta luar biasa. Tahun depan kita targetkan bisa naik level menjadi acara nasional,” ujar Effendi Edo.
Usai berlari, peserta dan masyarakat diajak menikmati hidangan nasi jamblang khas Cirebon secara bersama-sama di pinggir jalan.
BACA JUGA
Khidmatnya Maca Babad Cirebon di Keraton Kanoman: Warisan Budaya yang Relevan di Era Modern
Banyak Investor Kejar Proyek PLTSa di Cirebon, Ini Alasannya!
Momen makan bersama ini menciptakan suasana akrab antara pemerintah kota dan warga.
“Ini simbol kebersamaan kita, tidak ada sekat antara pemimpin dan masyarakat,” tegas Wali Kota.
Acara ini sekaligus menjadi ajang promosi budaya dan kuliner lokal, khususnya nasi jamblang sebagai ikon Kota Udang.
Kehadiran peserta dari luar daerah diharapkan dapat memperkenalkan kekayaan kuliner Cirebon ke tingkat yang lebih luas.
Kolaborasi antara olahraga, sejarah, dan kuliner dalam acara ini mendapat apresiasi positif. Wali Kota berharap semangat kebersamaan ini dapat terus terjaga untuk memajukan Cirebon tanpa melupakan akar budayanya.
(Aak)