BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Meta Platforms Inc. mengambil langkah strategis dalam ambisinya untuk mendominasi masa depan kecerdasan buatan.
Raksasa teknologi yang menaungi Facebook, Instagram, dan WhatsApp itu resmi menginvestasikan US$14,3 miliar (sekitar Rp230 triliun) ke Scale AI, startup data dan AI yang kini menjadi pusat perhatian dunia.
Langkah ini tidak hanya menjadi injeksi finansial terbesar yang pernah dilakukan Meta di sektor AI, tetapi juga strategi mengunci posisi dominan dengan memboyong Alexandr Wang, CEO dan pendiri Scale AI, ke dalam tubuh Meta.
Wang akan memimpin pengembangan proyek AI paling ambisius perusahaan “Superintelligence”, sistem kecerdasan buatan setara manusia yang menjadi obsesi besar Mark Zuckerberg.
Strategi Perebutan Takhta AI Global
Keputusan Meta untuk menyuntik dana dalam jumlah fantastis ke Scale AI jelas bukan tanpa alasan. Dunia tengah memasuki fase kritis dalam pengembangan Artificial General Intelligence (AGI), dan Meta tidak ingin hanya jadi penonton ketika OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic memimpin lintasan.
Dengan mengakuisisi akses langsung ke teknologi dan talenta Scale AI, Meta mempercepat langkahnya dalam:
Penguasaan data berkualitas tinggi untuk pelatihan model AI.
Pengembangan LLM (Large Language Models) yang mampu bersaing dengan GPT, Gemini, atau Claude.
Ekspansi AI militer melalui proyek bersama seperti Defense Llama.
Kehadiran Alexandr Wang di Meta menandakan lebih dari sekadar akuisisi SDM, ini adalah langkah geopolitik digital dalam industri AI.
Baca Juga:
Open AI Induk Chat GPT Terancam Bangkrut?
Scale AI: Dari Label Data ke Aset Strategis Nasional
Scale AI sendiri telah berubah dari sekadar startup pelabelan data menjadi aset strategis di bidang pertahanan, otomotif, dan teknologi publik.
Dengan platform seperti Remotasks dan Outlier, perusahaan ini menyediakan tenaga kerja global yang membantu membangun fondasi data bagi raksasa seperti OpenAI, Google, dan Microsoft.
Kini, dengan valuasi melonjak ke US$29 miliar, Scale AI bukan hanya pemain teknologi ia adalah kunci dari siapa yang akan memegang kendali narasi AI global.
Proyek Superintelligence: Ambisi atau Risiko?
Proyek AI “superintelligence” Meta bukan hanya tentang menciptakan AI pintar, tetapi AI yang bisa berpikir dan membuat keputusan selevel manusia. Ambisi ini membuka ruang besar, mulai dari revolusi produktivitas, sistem pemerintahan otomatis, hingga asisten digital pribadi yang benar-benar memahami manusia.
Namun, proyek ini juga menimbulkan alarm etika dan keamanan:
Siapa yang mengontrol AI yang bisa berpikir?
Bagaimana transparansi dan akuntabilitasnya?
Apa dampaknya terhadap pekerjaan dan hak privasi?
Meta dan Scale AI kini berada di garis depan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tersebut.
Investasi Rp230 triliun ini bukan sekadar perang bisnis. Ini adalah manuver untuk mengunci masa depan AI di bawah satu bendera, Meta. Zuckerberg tak hanya ingin bersaing, ia ingin memimpin.
Dan dengan Wang di dalam tim, serta armada teknologi dari Scale AI, pertarungan untuk dominasi AGI resmi dimulai. Dunia kini menyaksikan siapa yang akan membangun otak digital pertama yang benar-benar “hidup”?
(Budis)