BANDUNG,TM.ID: Hari Tritura yang jatuh setiap tanggal 10 Januari, hari besar ini menandai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Pada tahun 1966 gelombang aksi mahasiswa menjadi cikal bakal Tritura. Ini mencerminkan kekecewaan dan keprihatinan terhadap kondisi politik, ekonomi, dan sosial saat itu.
Untuk mengetahui sejarah dan isi tuntutan dari Tritura kamu bisa melihatnya dalam artikel ini. Simak dengan baik-baik untuk mendapat informasinya.
Latar Belakang Hari Tritura
Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) muncul dalam konteks politik Indonesia pada era 1960-1965. Pada masa itu, tiga kekuatan politik utama, yaitu ABRI (Angkatan Darat), PKI (Partai Komunis Indonesia), dan kepemimpinan Soekarno, bersaing dalam sebuah konstelasi politik yang rumit. Ketidakstabilan politik dan kebijakan anti-Barat Soekarno memperparah kondisi.
Sikapnya yang anti-neokolonialisme dan neoimperialisme membuat Indonesia terisolasi secara internasional, merugikan ekonomi dan dukungan luar negeri.
Peristiwa G30S pada tahun 1965 dengan PKI sebagai pihak yang dituduh, menambah gejolak politik. Namun, hingga pergantian tahun, pemerintah belum memberikan solusi positif. Pemberontakan di berbagai daerah mengganggu perekonomian dan kebijakan ekonomi saat kepemimpinan Soekarno.
Sikap keras Soekarno, terutama dalam konfrontasi dengan Malaysia dan keluar dari PBB, merugikan ekspor dan investasi. Defisit anggaran, inflasi tinggi, dan kebijakan politik mercusuar membuat kondisi perekonomian semakin memburuk.
Tuntutan Tritura
Bubarkan PKI
Tritura mengajukan tiga tuntutan penting. Pertama, tuntutan untuk membubarkan PKI. Pemerintah sangat lamban dalam menanggapi peran PKI dalam G30S. Sehingga memunculkan ketidakpercayaan terhadap tokoh komunis di dalam pemerintahan.
Perombakan Kabinet Dwikora
Tuntutan kedua adalah perombakan Kabinet Dwikora. Masyarakat merasa pemerintah tidak mampu mengatasi stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Fokus Soekarno pada konfrontasi dengan Malaysia juga mengesampingkan isu-isu internal.
Turunkan Harga
Tuntutan ketiga adalah penurunan harga. Kebijakan ekonomi sangat tidak tepat dan masyarakat menuntut kesejahteraan dengan menurunkan harga barang, meringankan beban ekonomi mereka.
BACA JUGA: Hari Braille Sedunia, Kemenag Terus Kembangkan Program Inklusi dan Perbanyak Kitab Suci Braille
Dampak Tritura
Tritura memicu gelombang demonstrasi mahasiswa, terutama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Demonstrasi yang dimulai pada 10 Januari 1966, dengan dukungan luas dari masyarakat, mencapai puncaknya pada 11 Maret 1966. KAMI berhasil menggalang dukungan dari organisasi serupa, KAPPI.
Para pelajar bergabung dalam gerakan ini, sehingga memberikan dimensi lebih luas dan mendukung secara taktis dalam menguasai jalan-jalan raya. KAMI dan KAPPI mendapat dukungan dari elemen militer, termasuk tokoh penting seperti Jenderal HR Dharsono dan Soeharto. Reshuffle kabinet pada 21 Februari 1966 tidak mengatasi ketegangan, bahkan memanaskan suasana.
Dalam situasi krisis, Soeharto mendapatkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) dari Soekarno, menunjuknya sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban. Soeharto mengambil langkah tegas, meminta penurunan harga minyak dan mencari solusi ekonomi.
Meskipun terjadi penurunan harga minyak, insiden tragis terjadi ketika Arif Rachman Hakim, seorang demonstran, tertembak pada situasi yang makin memanas. Gugurnya Arif menguatkan semangat perjuangan dan solidaritas di kalangan mahasiswa.
Hari Tritura tetap menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menghargai dan memahami nilai-nilai demokrasi serta pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam membentuk nasib bangsa.
(Kaje/Usk)