BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Rahwana yang terkenal sebagai raja Rakshasa dalam mitologi Hindu, menyimpan misteri di balik 10 kepala yang melekat padanya.
Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa ia tidak dilahirkan dengan 10 kepala seperti yang diyakin.
Rahwana melakukan tapasya atau penebusan diri yang intens kepada Brahma selama bertahun-tahun, memotong kepalanya sendiri sebagai bentuk pengorbanan.
Setiap kali ia memenggal kepalanya, sebuah kepala baru muncul, memungkinkannya untuk terus melanjutkan pujianannya.
Akhirnya, Brahma muncul setelah pemenggalan ke-10 dan memberinya anugerah. Rahwana meminta keabadian, tetapi ia malah mendapatkan nektar keabadian yang tersimpan di bawah pusarnya.
Sepuluh kepala Rahwana melambangkan pengetahuan luasnya, mencakup enam Shastra dan empat Weda. Ini menegaskan kehebatannya sebagai seorang ulama dan orang paling cerdas pada zamannya.
Ilmunya meliputi bidang seperti matematika, yoga, hukum, fisika, astronomi, filsafat, dan sastra suci.
Rahwana juga terkenal sebagai ahli astrologi yang lihai. Konon, ia bahkan mematahkan lengan Saturnus karena penolakannya berada dalam posisi yang seharusnya membuat Meghnad, putranya, abadi.
Saat Rahwana berada di ambang kematian, Lakhsmana datang untuk mempelajari ilmu diplomasi darinya, mengakui kepandaiannya dalam hal administrasi. Kesepuluh kepala Rahwana melambangkan kumpulan besar ilmu dan pengalaman yang ia miliki sebagai seorang penguasa dan Brahman.
Namun, 10 kepala Rahwana juga melambangkan sifat negatif dalam berbagai bentuk seperti berikut:
- Ahamkara – Ego
- Moha – Lampiran
- Krodha – Kemarahan
- Ghrina – Kebencian
- Paschataap – penyesalan
- Irshya – kecemburuan
- Lobha – Keserakahan
- Kama – Nafsu
- Jaddata – Ketidakpekaan
- Bhaya – Ketakutan
BACA JUGA : Makna Upacara Ngaruwat dalam Seni Pertunjukan Wayang
Ini memberikan gambaran tentang kompleksitas karakter Rahwana yang melampaui sekadar gambaran satu dimensi sebagai tokoh jahat dalam cerita Ramayana.
Misteri di balik 10 kepala Rahwana mengajarkan tentang pengorbanan, pengetahuan, dan pelajaran moral yang dapat kita petik dari kisah-kisah mitologi kuno.
(Hafidah Rsiamayanti/Aak)