BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Para kardinal berkumpul di Vatikan merampungkan pertemuan pra-konklaf mereka untuk merumuskan usulan nama calon Paus baru yang dinilai mampu mengikuti jejak Paus Fransiskus.
Tujuan utama pertemuan ini ialah menemukan sosok Paus yang bisa menjadi jembatan persatuan Gereja dan mewartakan perdamaian dunia.
Perwakilan Indonesia
Paus yang baru diharapkan tidak hanya menjadi imam, tetapi juga guru bagi umat. Konklaf resmi dibuka pada Rabu, 7 Mei waktu setempat, dengan melibatkan 133 kardinal dari 70 negara berbeda.
Mereka memiliki waktu yang terbatas untuk saling mengenal dan mempertimbangkan siapa yang paling layak menjadi pemimpin Gereja Katolik sedunia, yang kini memiliki lebih dari 1,4 miliar umat.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, menjadi perwakilan Indonesia dalam konklaf pemilihan Paus baru. Kardinal Suharyo telah tiba di Vatikan sejak 5 Mei untuk mengikuti seluruh rangkaian proses pemilihan.
Menjelang keberangkatannya ke Vatikan, banyak pertanyaan apakah sang Kardinal merupakan salah satu kandidat kuat dalam Konklaf mencari pengganti Paus Fransiskus.
Sebagai informasi, sudah 20 tahun lebih Kardinal Suharyo mengukuhkan pengabdiannya pada Gereja Katolik di Indonesia. Berikut ini profil lengkap perwakilan Indonesia dalam Konklaf pekan depan.
Profil
Suharyo merupakan kelahiran Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950. Pada awalnya, Suharyo tidak ingin menjadi pastor dan bercita-cita menjadi seorang polisi.
Keinginan Suharyo kecil berubah setelah bertemu seorang pastor. Ketika ditanya apakah ingin menjadi pastor atau tidak, ia menjawab “iya” kepada pastor yang ditemuinya.
Suharyo pun mengawali pendidikannya sebagai pastor dengan masuk Semniari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah, pada 1961. Di keluarganya, Suharyo bukan satu-satunya yang menempuh jalan ini.
Sudah ada kakaknya, almarhum RP Suitbertus Ari Sunardi OCSO, yang lebih dulu masuk seminari dan akhirnya menjadi pastor pertapa di Pertapaan Trappist, Rawaseneng, Jawa Tengah.
Selepas dari Mertoyudan, Suharyo memutuskan masuk Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta karena ingin menjadi pastor diosesan/praja.
Pendidikan
Kemudian pada 26 Januari 1976, Suharyo yang telah ditahbiskan menjadi imam diosesan diminta melanjutkan studi ke Roma, Italia. Pada 1981, ia menyelesaikan studinya sebagai doktor Teologi Biblis di Universitas Urbaniana.
Ketika kembali ke Indonesia, Suharyo sempat mengira bahwa keinginan sebagai paroki akan sirna karena harus mengajar selamanya.
Apalagi, ia sempat menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya, Yogyakarta pada 1981-1991.
Ia juga sempat menjabat sebagai Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta, sejak 1983 hingga 1993.
Selanjutnya, ia diangkat menjadi Uskup Agung Semarang oleh Paus Yohanes Paulus II pada 22 Agustus 1997. Ia ditunjuk sebagai pengganti Mgr Julius Darmaatmadja SJ yang kala itu pindah ke Keuskupan Agung Jakarta.
Baca Juga:
Pada 29 Juni 2010, Suharyo ditunjuk untuk menjadi Uskup Agung Jakarta untuk menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang pensiun setahun sebelumnya.
Kemudian pada Minggu (1/9/2019), Suharyo diangkat sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus ketika Doa Angelus digelar pukul 12.00 siang waktu setempat.
(Kaje)